Wanita asal Kent, Inggris ini mengeluhkan kram yang tak tertahankan dan sering pingsan. Ia juga mengaku bahwa tampon yang digunakannya pun tidak bisa membendung darah yang mengalir dari vaginanya.
"Saya sudah menggunakan alat kontrasepsi sejak berusia 12 tahun untuk mencoba dan mengurangi aliran darah yang begitu berat dan membuat saya mudah pingsan," kata Taylor dikutip dari DailyMail.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2017, ia melakukan pemeriksaan vagina dan dokter mendiagnosisnya dengan uterus didelphys, yaitu kondisi langka di mana jumlah organ reproduksi, mulai dari vagina, rahim, dan leher rahim berjumlah dua.
Dua vaginanya dipisahkan oleh jaringan pembagi yang disebut dengan septum longitudinal. Pada Agustus 2017, Taylor pun menjalani prosedur operasi untuk mengangkat septum longitudinal tersebut.
Dikutip dari Mayo Clinic, kondisi yang dialami Taylor memengaruhi 1 dari 3.000 wanita yang memiliki peluang untuk hamil lebih besar, namun risiko kegugurannya pun sebanding.
"Meskipun saya mungkin menghadapi beberapa komplikasi ketika saya siap untuk memulai sebuah keluarga karena ada kemungkinan besar keguguran, setidaknya saya sekarang dapat merencanakan ke depan karena saya sadar," ungkap Taylor.
(wdw/up)











































