Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) Dr Tunggul D Sitomorang, SpPD-KGH, FINASIM mengatakan produk-produk alternatif hendaknya dipilih sesuai bukti yang jelas melalui penelitian, sehingga belum dapat dipastikan bahwa garam Himalaya punya hasil yang baik untuk penderita hipertensi.
"Orang-orang itu sering mencari yang tidak jelas padahal yang jelas (terbukti), banyak. Kedokteran menerima hal yang sudah based on evidence, bukan soal testimoni. Harus dibuktikan 'ini' bisa dibuat untuk 'ini'," katanya usai mengisi talkshow di bilangan Cikini, Kamis (17/10/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari MedicalNewsToday, sejatinya garam pink yang berbentuk kristal tersebut mempunyai kandungan sodium yang hampir sama dengan garam meja biasa, yakni sekitar 98 persen sodium klorida. Penderita hipertensi sebaiknya mengonsumsi sodium yang rendah, supaya dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Pada mereka yang punya masalah dengan ginjal, jantung, atau yang dalam diet sodium, harus benar-benar memperhatikan konsumsi sodium dengan menghindari garam, termasuk garam Himalaya.
(up/up)











































