Seperti curhatan seorang istri yang mengalami perselingkuhan hingga trending dengan tagar #layanganputus. Kisah kehidupan yang pelik seperti layangan putus yang tak tentu arah, menjadi perhatian warganet. Menuliskan cerita panjang di akun medsosnya seakan menjadi cara untuk menuangkan rasa peliknya.
Menurut Nuzulia Rahma Tristinarum, Praktisi psikolog, menulis adalah salah satu bentuk katarsis atau pelampiasan emosi seseorang, misal melalui tulisan. Tak hanya itu, dengan menulis juga bisa meredakan emosi sehingga seseorang mendapatkan ketenangan dan rasa lega. Tapi tak banyak orang yang mampu menahan untuk tidak menulis di medsos.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, menulis cerita di medsos memiliki konsekuensi tersendiri. Hal ini karena media sosial adalah ruang publik yang bisa diakses oleh siapapun dan kita tidak bisa mengontrol siapa saja yang membaca cerita kita. Ketika kita menuliskan cerita sedih atau senang di medsos, tak jarang kita akan mendapatkan banyak like dan comment. Baik komentar yang positif atau bahkan komentar yag menjatuhkan.
"Namun tentu saja jika sudah berhubungan dengan media sosial pasti memiliki konsekuensi karena kita tidak dapat mengontrol pembaca," pungkasnya ketika dihubungi oleh detikcom baru-baru ini.
Menurut Anastasya Satrio, Psikolog di Tiga Generasi, bercerita di medsos bisa jadi mendapatkan dukungan dari pengguna medsos lain yang mungkin dibutuhkan pemilik cerita.
(up/up)











































