Menurut penuturan keponakannya, Suci Senanti, saat tidur sebelum meninggal, Djaduk mengeluh merasakan kesemutan pada bagian dadanya.
"Sampai rumah (Djaduk) tidur terus jam 2-an (dini hari Djaduk) ngerasa geringgingen (kesemutan) dadanya. Terus bangunin Bu Petra, istrinya, terus Bu Petra nelepon kakaknya Pak Djaduk, Bu Ita namanya, terus Bu Ita datang ke sini (rumah Djaduk), sampai sini Pak Djaduk tidak ada respons," katanya saat ditemui di rumah duka, Rabu (13/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, pihak keluarganya memanggil tim medis untuk memeriksa kondisi Djaduk. Namun, ia telah meninggal dunia dengan tanda pupil membesar dan lebam biru di punggung.
"(Hasil pemeriksaan medis) Gejalanya adalah tanda-tanda serangan jantung. Dugaannya karena kecapekan dan mungkin karena serangan jantung itu," imbuh Suci.
Dikutip dari Healthline, kesemutan biasanya timbul bersamaan dengan mati rasa di dada. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan yang berdampak pada sistem saraf di otak atau sumsum tulang belakang.
Mati rasa disertai kesemutan di bagian dada juga menjadi salah satu tanda fisik dari serangan panik. Namun, jika tidak segera ditangani oleh bantuan medis, bisa menjadi kondisi yang lebih serius seperti serangan jantung.
Saat mengalami keadaan tersebut, ada tanda lain yang terjadi bersamaan dengan rasa kesemutan itu, seperti detak jantung cepat, nafas pendek, dan tenggorokan terasa sesak. Jika tanda tersebut terjadi, segera hubungi pihak rumah sakit, karena bisa mengancam nyawa orang yang mengalaminya.
(up/up)











































