Angka stunting di Indonesia memang sudah turun menjadi 27,67 persen. Namun, masih ada PR untuk menurunkannya menjadi di bawah ambang batas standar Organisasi Kesehatan Dunia WHO, yakni 20 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Apa Itu Stunting?
Menurut deskripsi World Health Organization (WHO) stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak dari gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Seorang anak disebut menderita stunting jika tinggi badan mereka sesuai usia di bawah minus dua standar deviasi hingga minus tiga standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan WHO.
2. Penyebab Stunting
Berdasarkan kerangka kerja WHO ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan stunting pada anak. Beberapa di antaranya adalah:
- Nutrisi yang kurang saat kehamilan dan menyusui.
- Pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi.
- Stimulasi dan kegiatan untuk anak yang tidak cukup.
- Sanitasi dan air bersih yang tidak mencukupi.
- Akses terhadap pelayanan kesehatan yang terbatas.
3. Gejala Stunting
Tidak semua anak dengan perawakan lebih pendek dari teman sebayanya mengalami stunting. Menurut Kemenkes, balita yang mengalami stunting bisa diketahui jika saat diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal.
Selain perawakan tubuh anak yang lebih pendek dari teman-temannya, ada juga beberapa ciri lainnya yang menandakan gejala stunting yaitu:
- Pertumbuhan yang lambat.
- Pubertas terlambat.
- Ketika mencapai usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam.
- Pertumbuhan gigi terlambat.
- Kemampuan fokus saat belajar berkurang.
4. Dampak dan Konsekuensi
Stunting di awal kehidupan anak, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun, bisa mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap anak. WHO membagi dampak dan konsekuensi ini dalam dua bagian yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek yang bisa dialami anak antara lain perkembangan kognitif dan pengetahuan yang terhambat serta gangguan kognitif. Selain itu, orang tua juga harus bersiap menghadapi pengeluaran lebih untuk biaya kesehatan anak.
Dampak jangka panjang bisa muncul juga stunting tidak segera ditangani. Stunting jika dikombinasikan dengan obesitas pada anak bisa meningkatkan risiko anak terkena penyakit kronis saat sudah dewasa.
Selain itu, stunting juga bisa menurunkan kemampuan kognitif otak sehingga menurunkan performa anak di sekolah, sistem kekebalan tubuh melemah dan gangguan reproduktif.
(vmp/fds)











































