Mononukleosis disebabkan oleh virus Epstein-Barr, di mana Ariana sebelumnya mengalami sakit tenggorokan dan sakit kepala yang tak hilang sekitar tiga minggu, namun orang tuanya mengira ia hanya mengalami pilek atau flu.
Gejala itu tak kunjung mereda hingga akhirnya Ariana dibawa ke dokter. Ia menjalani beberapa pemeriksaan, termasuk tes mononukleosis, namun hasilnya negatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia merasa seperti kakinya baru saja menyerah," kata sang ayah, Mark Delfs dikutip dari Daily Mail.
Dokter pun memberitahu bahwa Ariana mengalami serangan stroke. Otak Ariana pun mengalami kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.
"Otaknya membengkak ke titik di mana ia tidak bisa berfungsi dan kerusakan otak memang terjadi," lanjut Mark.
Mononukleosis yang diidap Ariana telah merusak otak hingga membuatnya stroke. Tiga hari setelah dirawat, Ariana menyerah pada penyakitnya dan meninggal dunia.
Virus Epstein-Barr biasa ditularkan melalui air liur, berarti seseorang dapat tertular dengan berciuman, itulah mengapa infeksi mononukleosis disebut 'penyakit berciuman'. Namun juga bisa terinfeksi karena makanan atau minuman yang sudah tercemar.
Gejalanya bisa muncul empat hingga enam minggu setelah terpapar, meliputi sakit tenggorokan, demam, kelelahan ekstrem, amandel bengkak, hingga sakit kepala. Virus ini juga bisa berakibat fatal.
(wdw/up)











































