"Dari data 2018-2019, ada beberapa penyakit yang meningkat seperti demam berdarah yang hampir 100 persen, antraks yang tadinya hanya 5 orang jadi 15 orang, dan hepatitis A yang meningkat hampir 200 persen," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan, dr Anung Sugihantono, MKes, pada Jumat (3/1/2020).
Untuk hepatitis yang mengalami peningkatan dari 400 hingga sekitar 1700 kasus yang terjadi di daerah Pacitan, dr Anung mengatakan masih bisa dikendalikan. Ini karena persediaan obat masih sangat cukup, seperti parasetamol hingga cairan infus jika memang diperlukan.
Menurut dr Anung, jika di tahun ini beberapa penyakit hanya dalam tingkatan outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB), persediaan obat masih bisa untuk membantu masyarakat. Hal ini dibantu dari sisa persediaan dari tahun 2019 lalu masih cukup sampai pertengahan 2020 ini, dan menunggu persediaan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi seandainya masih punya persediaan dari 2019 ya masih cukup, karena masa kadaluarsanya masih lama. Kecuali untuk serum anti bisa ular, vaksin yang spesifik seperti SARS itu memang harus diperbaharui, karena masa kadaluarsanya hanya 2 tahun," tuturnya
Kemenkes setiap tahunnya selalu mempersiapkan persediaan obat-obatan hingga tahun berikutnya. Di tahun 2020 ini, dr Anung menegaskan obat-obatan akan disiapkan untuk persediaan sampai pertengahan 2021 mendatang. Namun, pihaknya akan selalu bersiap dan waspada jika ada wabah penyakit yang menyerang secara tiba-tiba.
(sao/up)











































