Dirjen Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Anung Sugihantono mengatakan, bahwa pihaknya memiliki gradasi di dalam menangani sebuah kejadian penyakit. Seperti halnya jika menemukan 1 jenis penyakit yang jumlahnya meningkat 2 kali lipat dari periode sebelumnya. Maka, dalam tatanan kesehatan menyebutnya sebagai KLB.
"Jadi kalau kemarin tidak ada dan hari ini ada 1 saja, saya menyebutnya kejadian luar biasa. Tapi kalau 1 yang ada saat ini kemudian menyebar ke mana-mana dalam artian wilayah, pindah ke orang sana sini itu kita menyebutnya out break, tapi semuanya ini masih dalam kendali," katanya saat ditemui di Rumah Dinas Bupati, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (17/1/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan untuk antraks di Gunungkidul, Anung menyebut terjadi dalam periode yang cukup singkat. Karena banyaknya kasus dalam satu periode, maka ia sempat melabelinya dengan KLB.
"Untuk Gunungkidul, karena kasusnya ini cukup banyak pada 1 periode waktu, kami masih menyebutnya ini sebagai kejadian luar biasa," ucapnya.
"Karena periodenya singkat kemarin itu, mulai tanggal 28 (Desember) laporan kasusnya dan tidak kami temukan kasus baru sejak tanggal 6 Januari yang lalu. Jadi short term (jangka pendek) ini yang kami menyebutnya sebagai KLB," imbuh Anung.
Kendati demikian, Anung menyebut bahwa situasi di Gunungkidul pasca temuan antraks telah berangsur-angsur membaik. Bahkan, ia mengaku jika situasi di Gunungkidul sudah aman.
"Aman dalam artian untuk manusia ya, antraks ini penularannya bukan manusia ke manusia, tapi manusia ke manusia melalui media, medianya bisa hewan. Kemudian kalau sporanya itu melalui udara atau melalui tanah yang terkontaminasi dengan spora itu," katanya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebut hasil uji sampel di daerah terpapar antraks telah keluar. Hasilnya, 27 warga Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong positif antraks.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Sumitro mengatakan, bahwa pada tanggal 4 Januari pihaknya menemukan 540 orang terpapar antraks. Jumlah itu terdiri dari 2 Dusun yakni, Dusun Ngrejek Wetan dan Dusun Ngrejek Kulon, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.
Sedangkan di Kecamatan Semanu, Dinkes menemukan 64 orang yang terpapar antraks karena mengkonsumsi daging dari sapi yang mati mendadak di Desa Gombang. Karena itu, Dinkes mengambil 65 sampel baik darah dan usap luka untuk diuji laboratorium.
"Dari yang ratusan orang itu, 87 menunjukkan gejala klinis, yang diambil darahnya 54 orang dan yang diambil swipe lukanya 11 orang," katanya saat ditemui di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (16/1/2020).
"Nah, hasil uji sampelnya sudah keluar dan yang positif antraks ada 27 orang. Kalau yang diambil swipe luka hasilnya negatif (antraks)," imbuh Sumitro.
Menurutnya, 27 orang itu terkena antraks yang menyerang bagian kulit. Meski diakuinya, beberapa diantaranya terkena antraks yang menyerang kulit dan pernapasan.
"Saat ini warga yang positif antraks kita berikan antibiotik profilaksis lanjutan sampai 20 hari dan untuk yang gejala kita berikan antibiotik. Selain itu, mereka yang positif kan dicek ulang darahya di BBVET (Bogor)," katanya.
Sumitro menambahkan, untuk hasil uji sampel dari 1 suspect yang meninggal beberapa waktu lalu juga telah keluar. Hasilnya, warga Desa Gombong ini bukan meninggal karena antraks.
"Hasil laboratorium sudah keluar, dia negatif antraks dan meninggal karena penyakit meningitis," ucapnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video "Video Dokter Kepo Dong: Susu Mentah Lebih Baik untuk Anak?"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































