Belakangan ini kerap terjadi pelecehan seksual begal bokong, seperti yang terjadi di Jatinegara, Jakarta Timur. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, bagaimana pola pelaku menentukan target pelecehan seksualnya?
Psikolog Ratih Zulhaqqi, MPsi, dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, mengatakan pelaku pelecehan umumnya tidak merencanakan aksi kriminalnya.
"Itu biasanya belum tentu dia rencanain lho, bisa jadi karena faktor by luck saja. Jadi misalnya kaya dia lihat 'cewek di depan bisa nih' ya sudah, jadi bukan yang kaya orang mau maling gitu kan harus lihat-lihat dulu," kata Ratih kepada detikcom, Rabu (22/1/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang bukan sesuatu yang terencana kaya 'oh hari ini target gue buat megang pantat cewek tuh 5' misalnya gitu," lanjutnya.
Menurutnya hal ini disebabkan oleh sifat impulsif atau dorongan tanpa memikirkan risiko yang dimiliki oleh pelaku. Bahkan, ketika berhasil melecehkan targetnya itu bisa menjadi sebuah pencapaian dari sang pelaku.
"Fantasinya yang tiba-tiba pop up, itu yang mendorong perilaku impulsifnya dia, kalau sudah kaya gitu biasanya kalau dia nggak bisa kontrol ya sudah terjadi," ucap Ratih.
Ratih pun mengatakan, tindakan kriminal ini bisa terjadi kepada siapa saja. Sebab setiap pelaku pelecehan mempunyai fantasi yang berbeda-beda.
"Karena mungkin tiap-tiap pelaku beda-beda nih preferensinya, bisa jadi karena faktor yang itu dan bisa jadi juga faktor yang lain. Entah itu bisa karena ceweknya cakep kan bisa, atau bentuk bokongnya kaya baskom misalnya gitu kan nggak tahu. Jadi memang mereka mempunyai preferensi masing-masing," pungkasnya.
(up/up)











































