Disebut Jadi Obat Virus Corona di China, Apa Itu Nelfinavir?

Disebut Jadi Obat Virus Corona di China, Apa Itu Nelfinavir?

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Senin, 27 Jan 2020 14:59 WIB
Virus corona yang menyebar di wilayah Wuhan, China, membuat sejumlah warganya terjangkit dan harus dievakuasi ke rumah sakit. Tim medis pun bantu evakuasi warga
China klaim telah sembuhkan seorang pasien virus corona (Foto: Chinatopix via AP Photo)
Jakarta -

Wabah virus corona dari Wuhan kini semakin menyebar hingga ke beberapa negara di dunia. Namun, baru-baru ini Komisi Kesehatan Kota Shanghai mengklaim bahwa salah satu pasien virus tersebut dinyatakan sembuh.

Pasien tersebut merupakan seorang wanita berusia 56 tahun bernama Chen. Dokter China mengatakan jika Chen bisa sembuh karena 'obat ajaib HIV' yang dikenal dengan nelfinavir. Obat itu bisa menghentikan penyebaran virus ke sel, dalam waktu hampir dua minggu.

Apa itu nelfinavir?


Nelfinavir merupakan obat yang biasa digunakan bersama dengan obat lainnya untuk mengobati infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Ini termasuk ke dalam kelas obat yang disebut Protease Inhibitor (PI). Obat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah virus di dalam darah dan menurunkan risiko penularan ke orang lain.

Nelfinavir ini tidak bisa menyembuhkan, tapi mungkin hanya mengurangi peluang seseorang untuk mengalami AIDS atau penyakit lain yang terkait dengan HIV, seperti infeksi serius dan kanker.

Dikutip dari Medlineplus, nelfinavir tersedia dalam bentuk tablet ataupun bubuk dan biasanya dikonsumsi 2-3 kali dalam sehari dengan makanan. Selain ditelan langsung, obat ini juga bisa dicampur dengan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi.

Cara mengkonsumsinya, disarankan setiap hari sesuai batasan yang dianjurkan oleh dokter. Jika dikonsumsi dengan dosis atau waktu yang berlebih, bisa membuat infeksi semakin memburuk atau penyakit akan kebal terhadap obat-obatan.




(sao/up)
Virus Corona Baru di China
331 Konten
China tengah digemparkan wabah pneumonia 'misterius' yang belum diketahui penyebabnya. Belakangan dikaitkan dengan virus corona jenis baru.