Di tengah maraknya penyebaran virus corona (COVID-19), Italia kini menjadi negara yang memiliki kasus tertinggi kedua setelah China. Hal ini diketahui saat Italia melaporkan adanya peningkatan kasus virus sebanyak 25 persen, dari 5.883 menjadi 7.375. Bahkan korban meninggal totalnya menjadi 366 orang.
Dengan ledakan jumlah kasus ini, Italia disebut-sebut menjadi negara yang mirip China, yang menjadi pusat wabah. Sebenarnya, apa yang bisa menyebabkan suatu negara bisa menjadi pusat wabah baru?
"Hingga saat ini, penyebabnya pasti munculnya kasus-kasus baru di dunia masih belum bisa dipastikan, dengan fakta makin bertambahnya jumlah negara terjangkit," jelas ahli penyakit tropik infeksi, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Adityo Susilo, SpPD-KPTI, pada detikcom, Selasa (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Susilo, negara yang menjadi pusat wabah baru atau terjangkit adalah negara yang kasusnya memang terjadi di lingkungan tersebut atau secara lokal. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan riwayat perjalanan ke negara pusat wabah lainnya, misalnya China.
"Arti dari negara terjangkit adalah negara tersebut melaporkan kasus-kasus COVID-19 yang terjadi secara lokal di negara tersebut, dan tidak berhubungan dengan paparan riwayat travelling ke China sebagai episentrum utama," tegasnya.
dr Susilo berpendapat negara yang terjangkit karena adanya kontak dari orang yang terinfeksi belum bisa dipastikan menjadi pusat wabah baru. Hal itu hanya membuat suatu negara terjangkit, tanpa menjadi pusat wabah.
"Namun dugaan kontak erat antar warga yang terinfeksi (dan belum diketahui status bahwa yang bersangkutan terinfeksi) dan warga lainnya yang memungkinkan virus SARS-COV-02 ini menyebar di suatu populasi," ujar dr Susilo.
(sao/up)











































