Pemerintah Singapura dengan tegas menolak strategi herd immunity di tengah pandemi virus Corona COVID-19. Dengan angka kasus baru yang terus bertambah, Singapura berencana semakin agresif melakukan pengetesan dan pelacakan kasus-kasus infeksi Corona.
Direktur layanan kesehatan, Kementerian Kesehatan Singapura, Kenneth Mak mengatakan 'harga' yang harus dibayar bila strategi herd immunity diterapkan terlalu tinggi. Akan ada banyak warga yang sakit bahkan meninggal.
"Meski kami sudah melakukan berbagai langkah untuk bersiap menghadapi lonjakan kasus, meningkatkan kemampuan kami, sistem kesehatan kita bisa dengan mudah kewalahan dengan strategi mendekati herd immunity," kata Kenneth seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (13/5/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Herd immunity sendiri adalah konsep kekebalan yang dimiliki suatu komunitas terhadap penyakit. Kekebalan ini bisa diperoleh berkat tingginya cakupan imunisasi atau bila cukup banyak orang terpapar virus.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pernah berkomentar bahwa herd immunity tidak cocok jika diberlakukan di Indonesia. Sekretaris Jenderal PAPDI, Dr dr Eka Ginanjar, SpPD, KKV, mengatakan jika herd immunity diberlakukan maka akan banyak orang yang tak bisa diselamatkan.
"Herd immunity bisa tercapai apabila sebagian populasi terinfeksi yaitu sekitar 70 persen. Artinya sebanyak 189 juta dari 270 juta penduduk Indonesia akan terinfeksi," kata dr Eka.
"Masalahnya Case Fatality Rate (CFR) kita tinggi banget yaitu di atas 8 persen. Artinya fasilitas kesehatan kita tidak siap dan akan banyak yang menjadi korban," lanjutnya.
(fds/kna)











































