Sejak menyebar pada akhir Desember lalu, pandemi virus Corona seperti masih jauh dari kata usai. Beberapa negara, termasuk Indonesia, menyinggung soal persiapan memasuki 'kondisi baru' di tengah wabah virus Corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu mengeluarkan protokol the new normal selama vaksin Corona COVID-19 belum ditemukan.
"Saat kami mempertimbangkan langkah transisi (penanganan COVID-19), kami harus mengakui bahwa tidak ada kemenangan yang cepat diraih. Kompleksitas dan ketidakpastian ada di depan, yang berarti bahwa kita memasuki periode di mana kita mungkin perlu menyesuaikan langkah dengan cepat," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P. Kluge dikutip dari dokumen resmi di situs WHO, Senin (18/5/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menerapkan langkah seperti pelonggaran pembatasan untuk menuju 'the new normal, pemerintah suatu negara harus membuktikan bahwa transmisi virus Corona mampu dikendalikan. Meredakan pembatasan dilakukan secara bertahap dan terus mengevaluasi kebijakan tersebut.
Selain itu, kapasitas sistem kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit harus tersedia untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, melacak kontak, dan mengkarantina pasien COVID-19.
Risiko penularan wabah juga harus terkendali terutama di tempat dengan kerentanan tinggi. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja juga harus ditetapkan, dengan adanya jarak fisik, fasilitas cuci tangan dan selalu mengikuti etika batuk atau bersin.
Setiap langkah menuju transisi 'the new normal' harus dipantau oleh otoritas kesehatan, bersama dengan pertimbangan ekonomi dan sosial. Disebutkan juga bahwa untuk mempercepat penanganan Corona, semua negara harus saling menyerukan solidaritas untuk mengakhiri wabah COVID-19.
"Pada akhirnya, perilaku kita masing-masing akan menentukan karakter virus. Ini akan membutuhkan ketekunan dan kesabaran, tidak ada jalur cepat untuk kembali normal," pungkasnya.
(kna/up)











































