Terbukti, Stres Tingkatkan Risiko Kematian pada Pasien Virus Corona

Terbukti, Stres Tingkatkan Risiko Kematian pada Pasien Virus Corona

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Minggu, 21 Jun 2020 09:31 WIB
Ambulances carrying patients infected with the novel coronavirus arrive at a hospital in Daegu, South Korea, Sunday, Feb. 23, 2020. South Koreas president has put the country on its highest alert for infectious diseases and says officials should take unprecedented, powerful steps to fight a viral outbreak.(Lim Hwa-young/Yonhap via AP)
Virus Corona COVID-19 (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Ilmuwan membuktikan adanya kaitan hormon kortisol dengan risiko kematian pada pasien virus Corona COVID-19. Hormon ini dikenal sebagai hormon stres karena kadarnya meningkat dalam situasi tertekan.

Dalam penelitiannya, para ilmuwan dari Imperial College London mengamati 535 pasien di tiga rumah sakit di London. Sebanyak 403 di antaranya terinfeksi virus Corona.

Kadar kortisol meningkat hingga 3.241 nm/l pada pasien yang terinfeksi, yang dikategorikan mengkhawatirkan. Pada orang sehat, kadarnya berkisar antara 100-200 nm/l dan mendekati nol saat tidur.

Pasien dengan kadar kortisol 744 nm/l atau lebih rendah mampu bertahan hidup rata-rata 36 hari. Sementara pasien dengan kadar kortisol lebih dari 744 nm/l hanya bertahan selama 15 hari.

Temuan ini dipublikasikan di jurnal The Lancet Diabetes and Endocrinology.

ADVERTISEMENT

"Sekarang, ketika orang tiba di rumah sakit, kita punya penanda sederhana lain untuk dipakai bersama saturasi oksigen, untuk membantu mengidentifikasi pasien mana yang butuh dirawat sesegera mungkin," kata Waljit Dhillo, profesor endokrinologi dari Imperial College London, dikutip dari Metro.




(up/up)