Seorang ayah tidak mengizinkan putrinya kembali menjalani sekolah tatap muka karena pandemi Corona. Namun, akibatnya ia terancam dipenjara hingga dikenakan denda ratusan juta rupiah.
Dikutip dari Mirror, putri dari sang ayah bernama Michael Hufton diketahui tidak kembali ke menjalani sekolah tatap muka di Akademi Utama Samuel Barlow dekat Mansfield, seperti teman-teman sekelasnya, awal September.
Pasalnya, sang ayah tidak ingin sang anak yang baru berusia 8 tahun terinfeksi Corona. Kekhawatiran ini muncul terkait klaster Corona sekolah yang menyebabkan ratusan anak di Inggris terinfeksi COVID-19.
Namun, pada akhirnya dia menyerah karena mendapati ancaman, dan membiarkan sang anak akhirnya kembali masuk sekolah selama satu hari. Dua hari setelah kembali mengizinkan putrinya sekolah lagi, sang ayah, Hufton, menerima telepon dari kepala sekolah.
Hufton mengatakan, ia dikenakan denda yang cukup besar dan bahkan hukuman penjara jika terus menahan putrinya di rumah.
"Saya tidak bisa memaksa diri saya untuk melakukannya (mengizinkan anak kembali ke sekolah), saya merasa terlalu protektif terhadapnya," kata Hufton kepada Mirror Online.
Tetapi akibat ancaman penjara tersebut, ia tidak bisa berbuat apa-apa sehingga rela mengizinkan sang anak kembali sekolah tatap muka.
"Saya tidak bisa masuk penjara karena saya seorang ayah yang harus mengurus anak saya. Pada titik tertentu, saya harus menyerah," lanjutnya.
Meski begitu, Huston mengklaim ruang kelas sekolah putrinya terlalu ramai dan putrinya telah dipeluk atau melakukan kontak dengan siswa lain. Hal ini membuatnya semakin khawatir.
"Saya diharapkan untuk menyerahkan anak saya dari tempat aman ke lingkungan tertutup bersama 26 anak lainnya ditambah setidaknya tiga orang dewasa, guru dan TA, yang tidak tahu apakah mereka positif COVID-19 atau tidak karena mereka tidak diuji," ungkap Hufton.
"Ini mengerikan. Orang-orang yang seharusnya menjaga anak-anak kita benar-benar memaksa saya untuk membawa anak saya menjauh dari tempat aman," lanjutnya.
Huston mengaku tidak pernah berpikir harus berdebat dengan pihak sekolah demi keselamatan putrinya, bahkan dengan ancaman penjara. Di tengah pandemi Corona, hal yang paling ia pikirkan adalah keselamatan nyawa putrinya.
Ia melihat begitu banyak risiko jika harus memaksa anaknya kembali menjalani sekolah tatap muka.
Sementara pihak sekolah lagi-lagi menegaskan langkah yang diambil terkait dengan mendorong siswa kembali sekolah tatap muka adalah hal tepat. Hal ini dikarenakan protokol kesehatan di lingkungan sekolah sangat ketat.
"Akademi Dasar Samuel Barlow telah menerapkan berbagai tindakan pengendalian yang berkaitan dengan pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, yang berhasil dipatuhi oleh siswa dan staf sejak mereka kembali pada bulan September," demikian klaim juru bicara pihak sekolah tersebut.
"Akademi ini beroperasi sesuai dengan penilaian risiko yang telah disepakati, yang telah dikembangkan sejalan dengan pedoman pemerintah dan yang ditinjau setiap hari oleh tim kepemimpinan kami," lanjutnya.
(naf/up)