Berangkat dari kesadaran itu, salah satu produsen obat kuat ternama dunia, yakni Pfizer Inc mencoba membuat iklan Viagra pertama yang menggunakan wanita sebagai bintang iklannya. Pfizer berharap bila iklan ini dibintangi wanita, maka para pria yang menjadi target dari produk ini bisa lebih concern pada impotensi.
Iklan berdurasi 60 detik itu dibintangi seorang wanita berumur 30-an atau 40-an. Dalam iklan tersebut, ia tampak berbaring di atas tempat tidur dengan latar belakang bernuansa tropis. Wanita berambut pirang ini pun berbicara dengan santai tentang masalah yang dihadapi seorang pria ketika menderita impoten.
"So guys, jadi ini tentang kamu dan kekasihmu. Setting-nya sudah sempurna. Namun disfungsi ereksi justru terjadi lagi. Banyak pria yang mengalami masalah ini, bukan hanya soal mendapatkan ereksi, tapi juga mempertahankannya," kata si bintang iklan seperti dikutip dari NY Daily News, Jumat (3/10/2014).
Setelah itu barulah si bintang iklan mengucapkan kalimat yang mendorong para pria untuk berkonsultasi kepada dokter mereka ketika mengalami impotensi, termasuk menanyakan tentang produk yang dibintanginya, yakni Viagra.
Strategi pemasaran dengan memajang bintang iklan wanita seperti ini pun dianggap unik, terutama di tengah persaingan produk obat kuat yang ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan pernyataan itu, kepala bagian marketing Pfizer, Vic Clavelli juga mengatakan perusahaannya berharap iklan baru ini bisa sekaligus mengkampanyekan agar para istri bersedia mendiskusikan isu ini dengan pasangannya. Dengan begitu, permasalahan yang bisa berdampak pada pasutri ini bisa diselesaikan bersama.
Namun ingat, sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 2013 mengungkap pria yang memakai obat kuat belum tentu puas atau bahagia dengan pernikahannya.
"Hubungan seksual yang sehat pada dasarnya adalah hubungan seksual yang harmonis," jelas dr Andri Wanananda, MS, seperti dikutip detikHealth dari tulisannya beberapa waktu lalu.
Seksolog sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta itu menjelaskan bahwa untuk membina hubungan seksual yang harmonis, setiap pasangan harus menyadari bahwa hubungan seksual yang harmonis memerlukan proses belajar. Hubungan seksual yang harmonis tidak dapat dicapai begitu saja.
(lil/vit)











































