Beberapa orang memilih untuk membiarkan rambut kemaluan tumbuh alami tanpa perlu dicukur secara rutin. Namun rupanya, ada juga yang beranggapan bahwa kebiasaan itu bisa memicu pertumbuhan bakteri dan kuman yang bisa menyebabkan masalah pada area genital.
Meski banyak perdebatan, mencukur atau tidak mencukur bulu kemaluan sebenarnya sah-sah saja. Hal tersebut tergantung pada pilihan masing-masing orang asalkan tetap menjaga kebersihan kulit.
Rambut kemaluan dianggap sebagai pelumas alami karena membantu mengurangi gesekan kontak antar kulit selama aktivitas seksual. Adapun fungsinya termasuk melindungi area sensitif dari mikroba dan mengikat keringat serta feromon yang dikeluarkan dari tubuh.
Sejumlah faktor internal dan eksternal bisa menyebabkan tubuh memproduksi rambut tubuh berlebih, seperti genetik, penyakit autoimun, dan efek samping obat resep yang menyebabkan rambut tumbuh lebih cepat.
Manfaat Mencukur Bulu Kemaluan
Jika sudah tumbuh lebat, orang-orang bisa melakukan perawatan di rumah atau pergi ke salon khusus untuk mencukur bulu kemaluan. Tak jarang, wanita melakukan tindakan mandiri dengan mencabut atau mengoleskan krim perontok bulu. Alasan utamanya karena tidak higienis.
Dalam survei 2013 yang melibatkan 7.580 orang, 59 persen wanita dan 61 persen pria memilih menghilangkan rambut kemaluan dengan tujuan kebersihan. Selain itu, 31,5 persen wanita melaporkan vagina yang 'polos' membuat penampilannya lebih menarik.
Di samping itu, keuntungan lainnya adalah meningkatkan sensasi saat berhubungan seks. Sebab, pelaku oral seks mengaku merasa tidak nyaman jika rambut kemaluan pasangannya tumbuh terlalu lebat. Pasalnya, rambut dapat menjadi tempat berkumpulnya keringat dan bakteri sehingga menimbulkan bau.
Namun, hal ini masih diperdebatkan dan perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara bulu kemaluan dan sensasi seksual.
Apakah Membiarkannya Saja Bisa Timbul Masalah Lebih Besar?
Nah, ada pula yang beranggapan pencabutan bulu kemaluan tidak dituntut secara medis sehingga untuk tak perlu alasan khusus untuk menghilangkannya.
Selain itu, pencabutan bulu terkadang dapat menyebabkan masalah kulit, seperti folikulitis, selulitis, rambut tumbuh ke dalam, dan iritasi. Bagi orang-orang yang peka terhadap kondisi ini, mencukur bulu kemaluan mungkin tidak sebanding dengan dampaknya. Dikutip dari Healthline, berikut risiko yang terjadi jika rambut kemaluan dicukur habis:
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
- vaginitis atau infeksi jamur
- Infeksi karena luka cukuran
- Bisul yang dimulai benjolan merah di bawah permukaan kulit yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan kemerahan
- Penyakit Menular Seksual, seperti klamidia, herpes, dan HIV
Bagi sebagian orang, menghilangkan rambut kemaluan hanyalah masalah preferensi pribadi. Orang-orang yang lebih suka menghilangkan rambut kemaluan umumnya memiliki pertimbangan faktor kenyamanan, rutinitas, dan kepercayaan diri. Sedangkan lainnya membiarkan begitu saja tanpa alasan khusus.
Hal terpenting untuk diingat, jagalah kebersihan area kelamin dengan mencuci dan menjaganya agar tetap kering serta gunakan pakaian dalam yang menyerap keringat.
Simak Video "Mitos atau Fakta: Benarkah Shaving Bikin Area Kulit Menghitam?"
(Fadilla Namira/vyp)