6 Penyebab Gatal di Area Kewanitaan Setelah Berhubungan Seks

ADVERTISEMENT

6 Penyebab Gatal di Area Kewanitaan Setelah Berhubungan Seks

Charina Elliani - detikHealth
Selasa, 07 Mar 2023 19:30 WIB
Concept sex, masturbation. Hand, fingers in grapefruit, vagina symbol on a red background
Ternyata ini 6 penyebab vagina gatal seteleh berhubungan seks. (Foto ilustrasi: iStock)
Jakarta -

Hal tersebut dapat menyebabkan rasa gatal, rasa sakit, hingga rasa terbakar pada vagina. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berhubungan seksual.

Dikutip dari Insider, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vagina gatal setelah berhubungan seksual, berikut adalah 6 di antaranya.

1. Vagina kering

Vagina seharusnya dalam kondisi yang lembap dan ketika berhubungan seksual, vagina dapat menghasilkan pelumas alaminya sendiri. Namun, beberapa dapat membuat seseorang tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk melembapkan vagina, seperti misalnya kondisi menopause.

Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan berkurangnya juga kelembapan pada dinding vagina. Selain saat menopause, perubahan hormonal pada masa kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan perubahan pada kelembapan vagina.

Vagina yang kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual hingga menimbulkan gejala seperti iritasi, rasa gatal, dan rasa sakit setelah berhubungan seksual.

2. Alergi kondom

Alergi terhadap bahan lateks yang digunakan pada kondom bukanlah suatu kondisi yang langka. Kondisi alergi ini dapat menimbulkan reaksi, seperti rasa gatal, kemerahan, hingga ruam pada vagina.

3. Dermatitis vulva atau vulvitis

Kondisi ini terjadi ketika kulit pada vulva atau bibir vagina mengalami iritasi. Biasanya banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penggunaan pelumas yang berparfum atau berwarna, yang dapat menimbulkan permasalahan pada vulva.

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun, pembalut, hingga celana dalam yang berbahan sintetis.

Kondisi ini dapat diatasi dengan menghindari penggunaan produk-produk berparfum, mandi air hangat, mengeringkan bagian vulva dengan sempurna setelah mandi, dan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat atau berbahan katun.

4. Infeksi jamur

Infeksi jamur dapat terjadi akibat pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan pada vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan rasa gatal, iritasi, hingga rasa terbakar saat atau setelah berhubungan seksual.

Gejala lain yang menandakan adanya infeksi jamur adalah keputihan yang tidak biasa, seperti keputihan yang kental, putih, atau bertekstur bagai keju, pembengkakan atau kemerahan pada bagian bibir vagina, dan rasa sakit atau tidak nyaman pada vagina.

5. Vaginosis bakterialias

Keseimbangan pH pada vagina dapat terganggu setelah berhubungan seksual akibat pengaruh dari sperma pria. Kondisi keseimbangan pH yang terganggu dapat memicu pertumbuhan bakteri dan meningkatkan risiko terkena vaginosis bakterialis.

6. Infeksi menular seksual (IMS)

Seringkali, penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual tak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, salah satu gejala yang paling umum adalah rasa gatal pada organ intim. Berhubungan seksual ketika mengalami infeksi menular seksual dapat membuat pembengkakan dan rasa gatal semakin parah.

Gejala yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang tidak biasa, rasa sakit hingga pendarahan ketika berhubungan seksual, rasa sakit ketika buang air kecil, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.

Apapun faktor penyebabnya, ketika vagina dalam kondisi gatal, aktivitas seksual sebaiknya dihindari sampai vagina benar-benar pulih agar tidak semakin memperburuk gejala.

Bila rasa gatal disertai dengan gejala lainnya yang tidak biasa dan mengganggu, segera konsultasikan pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.



Simak Video "Mengenal Teknologi Chip 'Vagina': Fungsi hingga Cara Kerja"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT