Baru-baru ini, viral sebuah unggahan instagram yang menceritakan pengalaman wisatawan Coban Glotak, Malang. Dia dan teman-temannya melihat seorang pria mengenakan full set kostum Bondage, Dominance, Sadism, dan Masochism (BDSM) seperti di film-film dewasa.
Dikutip dari berbagai sumber, BDSM adalah aktivitas seksual yang melibatkan jenis batasan fisik tertentu. BDSM mungkin dilakukan oleh pasutri yang ingin meningkatkan tindakan seksual mereka dan menjadi liar di tempat tidur.
Menurut penelitian, hampir 60 persen pria dan 47 persen wanita suka mempraktikkan dominasi seks saat bercinta. Selain itu, hampir 47 persen orang dewasa senang melakukan hubungan seks yang tidak biasa setidaknya satu kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kok ada yang punya fantasi BDSM sih, apa enaknya?
1. Rasa sakit fisik sebagai sumber kesenangan
Seks seharusnya tidak menyakitkan bagi kedua pasangan. Namun, ini tidak berarti bagi mereka yang secara khusus tertarik untuk mengalami sensasi menyakitkan sebagai bagian dari kepuasan seksual.
Pasutri mungkin menyetujui bahwa kekerasan adalah 'penambah' kenikmatan dan gairah seksual. Ini bisa menjadi bagian dari praktik BDSM.
Secara fisiologis, rasa sakit dan kesenangan memiliki lebih banyak kesamaan. Penelitian menunjukkan bahwa sensasi sakit dan senang mengaktifkan mekanisme saraf yang sama di otak.
Kesenangan dan rasa sakit terkait dengan sistem dopamin dan opioid yang berinteraksi di otak. Semua hal itu mengatur neurotransmiter yang terlibat dalam perilaku yang didorong penghargaan atau motivasi, meliputi makan, minum, dan seks.
NEXT: Kemungkinan efek psikologis
2. Kemungkinan efek psikologis
Ada sisi psikologis yang kompleks untuk menemukan kesenangan dalam sensasi rasa sakit. Pertama, pengalaman nyeri seseorang bisa sangat bergantung pada konteks tempat rangsangan nyeri terjadi.
Saat mengalami rasa sakit fisik dalam konteks seseorang juga mengalami emosi positif, rasa sakit justru berkurang.
Ketika berhubungan seks dengan pasangan, emosi positif yang terkait dengan tindakan tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri akibat permainan kasar.
Pada saat yang sama, rasa sakit yang dialami secara sukarela saat berhubungan seks atau permainan erotis dapat memiliki efek psikologis yang positif dan ikatan antarpribadi.
Penelitian dalam Archives of Sexual Behavior pada 2009 menemukan peserta yang terlibat dalam BDSM mengalami peningkatan rasa ikatan dengan pasangan dan kepercayaan emosional.
Selain itu rasa nyeri dan sakit yang dialami menjadi kesempatan untuk melarikan diri sementara dari 'kenyataan dan tanggung jawab' di dunia nyata.
Faktanya, sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa banyak orang yang mempraktikkan BDSM membantu mereka menghilangkan stres dan melepaskan diri dari rutinitas dan kekhawatiran sehari-hari.











































