Seorang ahli kesehatan seksual mengungkapkan satu kebiasaan berbahaya yang dilakukan jutaan orang Amerika ketika bercinta, yakni menggunakan air liur sebagai pelumas seks.
Menurut penelitian, sekitar 40 persen orang mengaku menggunakan air liur mereka sendiri atau pasangannya sebagai pelumas saat berhubungan seks. Seorang ahli kesehatan seksual di Univeristyof Oxford Dr Danae Maragouthakis menyangkal kebiasaan ini.
Dalam sebuah video TikTok ia menjelaskan, "Meskipun air liur mungkin selalu tersedia untuk Anda, air liur tidak boleh digunakan sebagai pelumas."
Dalam video yang telah ditonton lebih dari 719 ribu kali, Dr Maragouthakis menjelaskan, air liur mengandung enzim yang dapat mengurai makanan yang juga dapat menyebabkan iritasi kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika enzim-enzim itu masuk ke dalam Miss V, cairan tersebut dapat mengganggu bakteri baik di dalam Miss V yang membantu melawan infeksi. Hal ini membuat seseorang berisiko terkena infeksi jamur, seperti sariawan atau vaginosis bakteri, karena terganggunya keseimbangan jamur dan bakteri yang secara alami dimiliki Miss V.
Terkadang, air liur juga dapat memicu peradangan yang menyebabkan rasa gatal dan perih. Air liur juga tidak dapat menjadi pelumas yang efektif karena sifatnya yang cepat menguap dan mengering, terang ginekolog Dr Felice Gersh kepada Health.com.
Selain itu, air liur juga dapat menularkan infeksi menular seksual (IMS). Cairan ini dapat membawa infeksi gonore, tetapi para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti berapa banyak air liur yang dapat menularkan gonore.
Sebagai informasi, gonore adalah infeksi bakteri yang menyebar ketika air mani, cairan Miss V, atau air liur mengenai atau masuk ke alat kelamin, anus, atau mulut.
"Meskipun lebih jarang, klamidia juga bisa terdapat dalam air liur dan dapat menyebar melalui ciuman atau kontak mulut ke genital," kata spesialis penyakit menular Dr Sara Bares.
Sifilis memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menyebar melalui air liur. Namun, bakteri yang menyebabkan sifilis dapat ditemukan pada luka di mulut yang dapat ditularkan melalui ciuman.
Di Amerika sendiri, The Centers for Disease Control and Prevention telah menggambarkan situasi kesehatan seksual di negara tersebut sebagai 'epidemi IMS' dengan rekor 2,53 juta kasus klamidia, gonore, dan sifilis pada tahun 2021.
(kna/kna)











































