Bagi sebagian pria, ukuran penis adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan bercinta bersama pasangan. Tak sedikit pria yang merasa insecure ketika ukuran penisnya tidak sesuai yang diinginkan.
Banyak orang yang bertanya, sebenarnya apa sih yang menjadi faktor besar atau kecilnya penis? Apakah disebabkan oleh genetik? Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran penis pria dikutip dari Medical News Today:
Genetik
Gen adalah bahan penyusun yang menentukan penampilan dan perilaku organisme hidup. Manusia mewarisi dua salinan dari setiap gen, masing-masing satu dari setiap orang tua. Banyak gen membentuk kromosom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manusia mempunyai 23 pasang kromosom. Dari jumlah tersebut, terdapat 22 autosom dan satu set kromosom seks. Kromosom seks seseorang menentukan jenis kelamin biologis dan karakteristik seksual sekundernya.
Laki-laki mewarisi satu kromosom Y dari orang tua laki-laki dan satu kromosom X dari orang tua perempuan. Perempuan mewarisi dua kromosom X, masing-masing satu dari setiap orang tua.
Kromosom Y membawa gen yang mengawasi perkembangan alat kelamin dan kesuburan pria. Kromosom ini juga menentukan perkembangan penis dan testis, tetapi tidak menentukan ukuran atau ketebalan penis. Karakteristik ini lebih bergantung pada kromosom X.
Jumlah kromosom X dapat mengandung 900 - 1.400 gen, sedangkan kromosom Y hanya sekitar 70-200 gen. Perbedaan ini mungkin menjelaskan mengapa ukuran penis bisa berbeda-beda di antara saudara kandung yang memiliki dua orang tua kandung sama.
Selain itu, mutasi genetik juga dapat mempengaruhi ukuran dan penampilan penis. Meski jarang terjadi, kondisi genetik terkadang mempengaruhi ukuran penis seperti sindrom Kallmann dan sindrom Klinefelter. Jadi ukuran penis tergantung pada kombinasi gen orang tua seseorang, gen uniknya sendiri, dan faktor eksternal lainnya.
Hormon
Hormon seks pria atau androgen dapat berkontribusi pada pertumbuhan testis dan penis. Selama kelenjar pituitari menghasilkan lebih banyak hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH). LH meningkatkan produksi testosteron di sel Leydig testis, dan FSH meningkatkan produksi sperma.
Tak hanya itu, variasi kadar testosteron selama kehamilan ibu dapat menyebabkan kelainan pada penis anak. Misalnya, ibu mungkin tidak memproduksi cukup hormon human chorionic gonadotropin (hCG) yang merangsang perkembangan testosteron pada janin.
Ketika masalah hormonal tersebut muncul, penis janin laki-laki mungkin tidak dapat berkembang seperti biasanya.
Lingkungan
Beberapa jenis polutan yang ada di lingkungan seperti pestisida atau bahan kimia lain mungkin juga berdampak pada ukuran penis. Bahan kimia dapat bertindak sebagai pengganggu endokrin dan memengaruhi ekspresi gen dan hormon.
Para peneliti percaya epigenetika, ilmu soal efek lingkungan pada ekspresi gen, berperan dalam perkembangan berbagai penyakit. Mereka menduga hal itu mungkin mempengaruhi fungsi hormon dan berperan dalam gangguan hormon.
Studi pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan bahwa paparan bahan kimia sebelum melahirkan, seperti ftalat atau bahan pembuatan plastik berdampak negatif pada perkembangan alat kelamin bayi laki-laki yang baru lahir.
Sebuah studi tahun 2019 juga menunjukkan bahwa pengaruh pola makan terkait epigenetik dapat memperlambat perkembangan alat kelamin pada remaja laki-laki.
Nutrisi
Malnutrisi selama di dalam kandungan hingga saat hidup dapat mempengaruhi hormon serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi malnutrisi pada remaja dapat menunda waktu pubertas yang normal.
Salah satu bentuk gejala pubertas yang terlambat atau tertunda adalah penis dan testis yang lebih kecil. Selain itu, faktor-faktor seperti lemak tubuh dan adanya rambut kemaluan juga dapat membuat penis tampak lebih besar atau lebih kecil tanpa mempengaruhi ukuran sebenarnya.











































