Kulit Melepuh Saat Hamil, Ternyata Ibu Ini Alergi Janinnya Sendiri

ADVERTISEMENT

Kulit Melepuh Saat Hamil, Ternyata Ibu Ini Alergi Janinnya Sendiri

- detikHealth
Jumat, 14 Des 2012 10:02 WIB
Zuleika Closs dan bayinya (Foto: Medical Daily)
Cornwall, UK - Kasihan sekali ibu hamil ini. Di tengah-tengah masa kehamilan yang sulit dan melelahkan, ia mengalami gangguan sistem imun yang membuat kulitnya melepuh. Usut punya usut, ternyata ibu ini memiliki alergi terhadap janinnya sendiri.

Zuleika Closs (26 tahun) pada awalnya merasakan kulitnya terbakar dan muncul ruam-ruam pada kulitnya. Ketika diperiksakan ke dokter, ia didagnosis terserang kudis sehingga diresepken obat insektisida. Padahal wanita asal Cornwall, Inggris ini sedang hamil 20 minggu.

Antibiotik dan lotion calamine tidak mampu meringankan gatal-gatal yang ia derita. Dokter menyuruhnya untuk merebus serta mencuci semua pakaiannya dan menaruh sepatunya di lemari es, tetapi penyakitnya tak juga sembuh.

"Pada awalnya, rasanya seperti ada sesuatu yang merangkak di kulit saya, tapi kemudian rasanya jadi tak tertahankan. Kelepuhan tampak seperti ruam pada awalnya, tetapi menyebar sangat cepat dan memerah. Bagian kakiku yang paling parah. Saya menggaruk begitu keras sampai kulit mengelupas seperti kulit jeruk," kata Closs seperti dilansir Daily Mail, Jumat (14/12/2012).

Saking gatalnya, Closs sampai-sampai menggaruk badanya saat tidur. Gangguan ini membuatnya lelah dan stres. Ia sempat merasa putus asa karena segala upaya yang dilakukan sesuai saran dokter tidak ada yang memberikan efek nyata.

Kekasihnya bahkan harus kehilangan pekerjaan sebagai perawat karena tidak ingin menularkan kudis kepada pasien dan rekan kerjanya. Closs melahirkan saat usia kehamilannya mencapai 38 minggu. Ia merasa takut memegang bayinya karena khawatir menularkan kudis.

Uniknya, setelah si jabang bayi lahir, ruamnya mereda walau beberapa hari kemudian kumat lagi. Closs menemui seorang dokter pengganti yang menduga kuat bahwa penyakitnya disebabkan oleh gangguan auto imun atau alergi. Dokter ini pun meresepkan anti histamin dosis tinggi untuk meredakan alergi.

"Aku tidak bisa mempercayai apa yang ia katakan. Saya alergi terhadap kehamilan saya, itu terdengar aneh. Tapi itu melegakan karena kadang-kadang saya merasa para dokter berpikir saya akan melakukan sesuatu pada kulit saya," tutur Closs.

Empat bulan setelah diresepkan anti histamin, ruam yang diidap Closs hilang. Nampaknya Closs mengalami penyakit yang disebut pemfigoid gestationis, yaitu gangguan kehamilan yang diakibatkan jaringan plasenta janin memasuki aliran darah ibu dan bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh ibu.

Pemfigoid gestationis diyakini hanya terjadi pada 1 dari 2 juta kehamilan di seluruh dunia. Gejalanya cenderung lebih parah saat kehamilan berikutnya. Hal ini membuat Closs berpikir dua kali jika ingin memiliki anak lagi setelah anak pertamanya.


(pah/vit)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT