Adalah Eli Reimer, seorang temaja berusia 16 tahun asal Oregon, AS. Walau memiliki sindrom Down, Eli bertekad mendaki Mount Everest sejauh 70 mil atau sekitar 112,6 km hingga sampai ke Base Camp Selatan di Nepal. Eli mendaki bersama 8 orang lainnya, termasuk ayahnya, Justin Reimer.
Justin Reimer mengatakan bahwa dokter memberi puteranya acungan jempol karena berhasil lolos tes uji ketahanan. Menaklukkan Everest memang tidak mudah karena amat membingungkan. Selain dipengaruhi oleh ketinggiannnya, cuaca dingin dan potensi longsoran yang mematikan adalah kendala lain yang bisa mengancam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Base camp Nepal adalah salah satu dari 2 base camp di Mount Everest. Base camp lainnya berlokasi di Cina. Base camp yang berhasil didaki Eli terletak pada ketinggian lebih dari 5.334 meter di atas permukaan laut. Perjalanannya cukup sulit dan banyak pendaki yang harus tinggal selama 2 -3 hari untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian.
Petualangan ini dimaksudkan untuk membantu mempromosikan Yayasan Elisa, yaitu sebuah organisasi nirlaba yang berupaya menggalang dana dan dukungan bagi orang-orang yang hidup dengan cacat. Yayasan ini didirikan pada tahun 2005 oleh Reimer dan istrinya, Tamara.
Dari pendakian yang dilakukan Eli ini, Yayasan Elisa berhasil mengumpulkan sumbangan hingga lebih dari US$ 85.000 atau sekitar Rp 827,6 juta. Target yang ingin dicapai dari event ini adalah hingga mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 973,7 juta.
Reimer adalah remaja pertama dengan sindroma down yang berhasil mencapai base camp Mount Everest. Sebelumnya sudah ada seorang pria berusia 35 tahun asal Inggris dengan sindroma down yang berhasil mendaki sampai ke base camp dan menjadi pria pertama dengan sindroma down yang berhasil mencapai base camp Mount Everest.
(pah/vit)











































