Berawal dari Tangan Kesemutan, Ibu 2 Anak Ini Ternyata Kena Tumor Otak

Berawal dari Tangan Kesemutan, Ibu 2 Anak Ini Ternyata Kena Tumor Otak

- detikHealth
Selasa, 19 Nov 2013 18:37 WIB
Berawal dari Tangan Kesemutan, Ibu 2 Anak Ini Ternyata Kena Tumor Otak
Claire Craig dan Keluarganya (Foto: Daily Mail)
Surrey - Apakah Anda sering mengalami kesemutan di tangan? Mungkin sebagian orang tidak akan menanggapinya terlalu serius. Namun jika kesemutannya semakin hari semakin parah, maka sebaiknya Anda cek ke dokter. Itulah yang dialami oleh Claire Craig (36) sebelum akhirnya ia mengetahui bahwa dirinya terkena tumor otak.

Awalnya Claire merasakan adanya sensasi mati rasa dan kesemutan pada jari-jari tangan kanannya. Namun ia sama sekali tidak berpikir bahwa hal itu nyatanya merupakan sebuah gejala penyakit serius. Merasa baru saja digigit oleh anjingnya, Claire sempat berpikir ini mungkin saja disebabkan oleh gigitan tersebut.

"Tapi kemudian kondisi tangan saya semakin parah selama tiga bulan berikutnya. Seluruh tangan saya mati rasa. Rasanya seperti sedang mengenakan sarung tangan ski tebal. Saat mengemudi, saya juga tak bisa memegang kemudi dengan baik," ujar Claire, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/11/2013).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokternya menduga Claire mengalami carpal tunnel syndrome, yang terjadi ketika saraf di tangan mengalami pemampatan. Namun hasil tesnya negatif. Dokter pun kemudian memintanya untuk melakukan MRI scan. "Sensasi mati rasa ini kemudian menjalar ke kaki kanan saya. Tapi saya masih tidak berpikir itu adalah sesuatu yang serius," kata Claire.

Dari hasil MRI scan, dokter menemukan ada sesuatu pada otak Claire. Pagi hari setelah MRI scan kedua, Claire diberitahu rumah sakit bahwa ditemukan adanya tumor seukuran terong kecil di otaknya. Namun dokter belum bisa memastikan jenis tumor sampai dilakukan operasi.

Tumor Claire ditemukan berada di batang otaknya, daerah di bagian belakang otak yang menghubungkan ke sumsum tulang belakang. Operasi itu sendiri berisiko tinggi menyebabkan kelumpuhan, tapi Claire tidak punya pilihan. Tanpa pengobatan, ia bisa saja meninggal. Meskipun sempat ragu, Claire dan suaminya, Anthony, sudah menyiapkan diri jika memang hal yang terburuk terjadi.

"Dokter mengatakan operasi hanya akan berlangsung selama lima jam, tapi kenyataannya butuh sembilan jam lebih. Lokasi tumornya jauh lebih dalam dan lebih besar dari yang mereka pikirkan, sehingga mereka harus memotong banyak jaringan saraf saya. Ketika terbangun, satu sisi tubuh saya lumpuh," ungkap Claire.

Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, Claire berjuang untuk bisa menggunakan kembali sisi tubuhnya yang lain. Ia juga secara perlahan belajar berjalan, berbicara dan makan. Setelah satu bulan perawatan pasca opreasi, Claire diperbolehkan pulang.

Pengujian menunjukkan bahwa tumornya merupakan jenis hemangioblastoma. Sebuah tumor langka, tetapi jinak. Kini setahun setelah operasi, scan menunjukkan tumor tersebut tak datang kembali. "Saya sudah sembuh, meskipun sedikit mempengaruhi keterampilan motorik kecil saya. Saya kini tidak bisa menekan sebuah tombol dengan cepat atau memegang dua cangkir dengan satu tangan," tutur Claire.

(ajg/vit)

Berita Terkait