Schuyler Ebersol (21) mengalami gejala yang disebut dengan Autonomic neuropathy, yaitu gejala yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh seperti detak jantung yang terlalu cepat, tekanan darah, sistem pernapasan dan juga sistem pencernaan. Stres karena tak kunjung sembuh, ia pun memilih menulis sebagai sarana pelampiasannya.
"Ini pertama kali terjadi pada tahun 2008 ketika aku baru masuk SMA. Aku tiba-tiba merasakan sulit bernapas, pusing berat hingga sulit melihat dan berjalan, serta pingsan sewaktu-waktu," papar Ebersol pada CNN dan ditulis detikHealth, Selasa (8/4/2014)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengulang kembali tahun pertamanya di sekolah meski harus kerap menggunakan kursi roda. Akan tetapi, menjelang tahun keduanya dimulai, serangan penyakit tersebut bertambah parah. Keluarga pun memutuskan untuk menariknya dari sekolah demi memulihkan kesehatannya.
"Aku merasa stres karena dokter belum juga menemukan penyakitku. Aku pun memilih menulis sebagai cara mengalihkan pikiranku dari penyakit ini," ungkap Ebersol lagi.
Menulis ternyata membuat dirinya merasa lebih baik. Meski tetap harus menyelesaikan pendidikan dari rumah, terbukti gejala-gejala mual, pusing dan muntah tiba-tiba yang sering dideritanya berkurang. Pada saat itulah dokter mengemukakan bahwa ia terserang utonomic neuropathy sebagai bagian dari Lyme Disease yang dideritanya.
Meski tergolong langka, Lyme Disease masih dapat diobati walaupun memakan waktu. Ebersol pun tetap melanjutkan proses menulisnya. Hingga akhirnya ia dinyatakan pulih pada tahun 2012 lalu. Tak hanya pulih, hasil tulisannya pun dikumpulkan hingga menjadi 4 buah novel fantasi!
"selama 3 tahun sakit dan 1 tahun masa pemulihan aku telah berhasil menulis 4 buah buku. Buku pertama The Hidden World sudah terbit awal Desember 2013 lalu," papar Ebersol.
(vit/up)











































