Sempat Terinfeksi Virus Ebola, Pria Ini Berhasil Bertahan Hidup

Sempat Terinfeksi Virus Ebola, Pria Ini Berhasil Bertahan Hidup

- detikHealth
Jumat, 25 Apr 2014 20:01 WIB
Sempat Terinfeksi Virus Ebola, Pria Ini Berhasil Bertahan Hidup
Moussa (disamarkan)/ Foto: Jonas Hagensen
Jakarta - Korban meninggal akibat serangan Ebola di Guinea terus berjatuhan. Sayangnya, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Ebola, tetapi penangan dini dapat membuat pasien tetap bertahan hidup. Pria ini, adalah satu pasien yang berhasil bertahan hidup.

Kapada BBC, pria yang menolak disebutkan identitasnya itu menuturkan kisahnya.

Awalnya ia mengalami sakit kepala, diare, nyeri pada punggung, dan muntah-muntah. Ia pun segera memeriksakan diri. Dokter pertama yang ia temui di pusat kesehatan desa mengatakan bahwa ia terkena malaria. Baru kemudian dokter di Rumah Sakit di Conarkry memberi tahu bahwa ia terinfeksi virus Ebola.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendengarnya, Moussa, sebut saja begitu, merasa sangat tertekan.

"Saya merasa sangat tertekan. Saya telah mendengar tentang Ebola, jadi ketika dokter memberi tahu, saya sangat ketakutan," ujarnya.

Moussa mencoba untuk tetap optimis meskipun terkadang ia merasa ketakutan ketika melihat beberapa anggota keluarganya meninggal satu per satu, tepat di depan matanya. Ada kalanya juga ketika ia merasa kematian semakin dekat. Tekanan itu terutama ia rasakan ketika melihat dua pamannya meninggal dan tubuh mereka dibawa pergi.

Meski demikian, Moussa beruntung karena terus mendapat dukungan serta suntikan semangat dari para dokter di Medecins Sans Frontiers (MSF). Beberapa saat setelah mendapat penanganan di rumah sakit, kondisi Moussa pun perlahan mulai membaik.

"Pada mulanya saya merasa takut saat akan memakan sesuatu, saya kira saya akan sakit. Tetapi setelah saya menenggak beberapa tetes air, saya menemukan bahwa diare itu telah berhenti," tuturnya.

Hingga suatu saat, dokter menyatakan Moussa telah sembuh. Pria itu dan para dokter pun diliputi kegembiraan. Mereka lantas menyelenggarakan perayaan kecil-kecilan bersama seluruh perawat di rumah sakit dan orang-orang terdekatnya.

"Mereka memotret dan menyalami saya. Saya melihat mereka merasa aman menyentuh saya dan saya sadar, saya merasa lebih baik. Saya sangat gembira pada hari itu. Hingga kini saya juga merasa baik-baik saja meskipun terkadang sendi-sendi saya terasa nyeri."

Meskli demikian, Moussa memutuskan untuk tidak membeberkan identitasnya pada media. Pasalnya, beberapa orang masih mengkhawatirkan penyakit yang pernah menyerangnya dan memendam rasa jeri. Ia cemas rasa takut mereka akan semakin memburuk jika melihat namanya disebut di berbagai media.

"Anda tahu tentang solidaritas orang Afrika? Biasanya ketika seseorang meninggal, orang lain akan datang berkunjung. Namun, ketika Anda kehilangan satu dan kemudian dua, tiga, empat anggota keluarga, tidak ada yang datang berkunjung," ujarnya.

"Kami menyadari bahwa kami disingkirkan karena mereka merasa takut. Itu bahkan akan semakin buruk jika semua orang mengetahui tentang kondisi kami di radio atau televisi," tambah Moussa

Bahkan, tambah Moussa lagi, orang-orang yang dekat dengan dirinya seperti tetangga dan kerabat, akan dipenuhi kecurigaan jika tahu dari media bahwa ia pernah terkena Ebola. Secara spontan mereka akan melangkah mundur sebanyak dua atau tiga langkah karena takut terkontaminasi virus.

Selain Moussa, delapan anggota keluarganya yang lain juga terinfeksi virus Ebola. Enam dari mereka tak dapat diselamatkan. Hanya ia, istri, dan sepupunya yang berhasil bertahan. Ia mensyukuri kondisinya saat ini.

"Waktu singkat yang kami habiskan di rumah sakit benar-benar mengubah kami. Saya merasa beruntung. Saya merasa bahagia diberi kesempatan untuk tetap hidup," pungkas Moussa seperti dilansir BBC dan ditulis pada Jumat (25/4/2014).

(vit/vit)

Berita Terkait