Termakan Mitos, Epi Sempat Minum Urine dalam Pergulatan Melawan Diabetes

Termakan Mitos, Epi Sempat Minum Urine dalam Pergulatan Melawan Diabetes

- detikHealth
Rabu, 11 Jun 2014 18:45 WIB
Termakan Mitos, Epi Sempat Minum Urine dalam Pergulatan Melawan Diabetes
Epie Suryono (foto: Firdaus/detikHealth)
Jakarta - Bersahabat dengan diabetes sudah menjadi hal yang biasa bagi Epie Suryono. Pria berumur 58 tahun ini didiagnosis mengidap diabetes sejak umurnya 27 tahun dan hidupnya berubah sejak saat itu.

Pada masa muda, Epie mengaku bahwa dirinya mengalami obesitas. Dengan tinggi badan 168 dan berat 85 kilogram, Epie mengikuti program detoks dengan tujuan menguruskan diri. Program detoks yang ia ikuti menuntutnya untuk hanya mengonsumsi jus apel selama tiga hari penuh, sehari makan normal dan tiga hari berikutnya kembali mengonsumsi jus apel.

Kurang dari setahun berat badannya berhasil turun drastis. Pada awalnya ia bangga dengan penurunan berat yang ia alami, namun alangkah terkejutnya Epi setelah mengetahui penurunan beratnya itu bukan karena program detoks yang ia jalani melainkan karena dirinya mengidap diabetes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu acara kumpul keluarga, kaka saya yang seorang dokter curiga dengan kekurusan saya dan meminta saya mengecekkan diri. Setelah di cek ternyata gula darah saya tinggi dan saya kena diabetes," terang Epie saat ditemui pada acara seminar diabetes di Hongkong Caffe, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2014).

Setelah didiagnosis terkena diabetes, Epie banyak melakukan usaha untuk mengobati diri. Pada saat itu Epie merasa anjuran dokter yang mengharuskan dirinya mengontrol diri karena diabetes tidak bisa disembuhkan terlalu sulit dijalani.

"Saya kedokter dan katanya diabetes itu tidak bisa diobati. Banyak orang yang sayang dengan saya merekomendasikan banyak pengobatan alternatif dan katanya bisa sembuh. Antara omongan dokter yang bilang tidak bisa diobati dengan kata orang yang bisa sembuh, saya inginnya sembuh maka saya ikuti kata orang," pungkas Epie.

Selama kurang lebih 22 tahun, Epie banyak mengikuti pengobatan alternatif, mengindahkan peringatan dokter. Sambil mengingat-ingat, ia menyebut masa 22 tahun tersebut sebagai masa yang kelam. Hampir semua jenis mitos pengobatan diabetes yang ia dengar diikutinya.

"Saya terapi makan pare, brotowali, biji mahoni, mahkota dewa, dan masih banyak lagi. Kayaknya waktu itu cuma daun pintu sama jendela saja yang belum saya makan," ujar Epie sambil bercanda.

Pernah pada satu waktu Epie menjajal pengobatan terapi urine. Terapi urine tersebut mengharuskan Epie untuk mengonsumsi segelas urinenya sendiri pada pagi hari sebelum beraktivitas. Meskipun merasa jijik namun karena diiming-imingi harapan sembuh terapi tersebut dijalankan juga olehnya.

"Dua minggu saya jalankan terapi urin tapi gula darah saya tetap tinggi. Saya pikir ini mungkin karena dosisnya kurang, karena sudah terlanjur 'nyebur' kan tanggung jika berhenti jadi saya tambah lagi minum urin di malam harinya," ujar Epie sambil tertawa saat mengingat pengalaman tersebut.

Setelah semua pengobatan alternatif yang dilakukannya, kondisi dirinya tak kunjung membaik. Pada tahun 2005 Epie yang pada saat itu berdomisili di Bandung pindah ke Jakarta dan perpindahannya tersebut mengakibatkan ia berganti dokter.

Di RS Fatmawati Jakarta, Epie diberikan penyuluhan menyeluruh dan pikirannya terbuka. Setelah menghindar dari suntik insulin selama lebih dari 7 tahun, Epie akhirnya mau menerima insulin yang dianjurkan dokter.

Setelah menerima suntikan Insulin, kondisi tubuhnya berangsur membaik. Bertekad tidak ingin kembali pada masa kelamnya dahulu, Epie berusaha sebaik mungkin untuk menjaga kesehatan terutama tingkat gula darahnya.

"Setelah mengerti saya mengalami perubahan total. Saya mau suntik insulin, gula darah saya bagus, lemaknya terkontrol, pokoknya semuanya bagus. Catatan medis saya bahkan lebih sehat dari orang sehat," terang Epie.

Setelah kesehatan tubuhnya pulih, Di tahun 2007 Epie mengikuti lomba pandu diabetes nasional dan memenangkannya. Lomba tersebut ditujukan untuk penyandang diabetes yang berhasil menjalankan pola hidup sehat dan bertujuan untuk menjadikan pemenangnya sebagai panduan (role model) bagi penderita diabetes yang lain.

Menjadi juara pandu diabetes membuka kesempatan baru untuk Epie. Ia mendapat undangan atau ajakan untuk mengikuti kongres diabetes di luar negeri. Negara-negara yang pernah dikunjunginya meliputi New Zealand, Dubai, Thailand, dan Korea.

Kini ia menjadi motivator untuk diabetes di RS Fatmawati Jakarta, dan membuka kelas konseling tiap hari selasa dan kamis. Semua pengalaman pahit dan manisnya menderita diabetes ia tulis dalam bukunya Bersahabat dengan Diabetes. Ia berharap para penderita diabetes mendapatkan informasi yang tepat sehingga diabetes tidak lagi menjadi masalah bagi penyandang.

"Kalau pola hidupnya sehat, tidak ada perbedaan orang diabetes dengan orang yang sehat. Di kulkas saya kalau dibuka isinya itu coklat, permen, dan soft drink tapi saya tahu kapan saya bisa mengonsumsi makanan tersebut," tambah Epie.

(up/up)

Berita Terkait