Awalnya Sam mengaku tidak mengetahui penyebab kelumpuhannya. Sam yang sehari-hari bekerja sebagai programer hanya menganggap kejadian terjatuh yang dialaminya tidak berdampak terlalu parah.
"Waktu jatuh saya sendiri enggak sadar. Saya enggak langsung lumpuh. Jadi jatuh tapi tidak terasa sakit apa-apa. Cuman perut sebelah kiri kaya rada kejang, jadi akhirnya dipijat," kata Sam saat ditemui di kediamannya di Jl. Asem 4 No. 37, Tanjung Duren, Jakarta, Senin (1/9/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru setelah dibilang dokter 'saraf kamu ada yang terjepit. Tulang kamu ada yang retak,' saya baru sadar pasti ini gara-gara jatuh itu," terang Sam yang pada saat itu pergi menemui dokter di RS Royal Taruma, Jakarta.
Dokter yang menangani kasus Sam mengatakan sarafnya terjepit karena kegemukan. Programmer senior ini mengaku semua dokter dan ahli terapi yang ia temui sepakat menganjurkannya untuk menurunkan berat badan.
Pasalnya berat Sam yang pada waktu itu mencapai sekitar 140 kg membuat dirinya kesulitan untuk diperiksa alat MRI RS. Tubuh Sam terlalu besar untuk alat MRI (magnetic resonance imaging) yang seperti tabung dan dokter memerlukan hasil pindaian MRI sebelum bisa melakukan operasi.
"Operasinya kan operasi saraf, bukan operasi tulang. Kalau operasi saraf dokternya mau ada MRI. Dokternya gak berani operasi kalau gak ada MRI," tambah Sam.
MRI yang dapat menangani ukuran tubuh Sam mungkin ada di luar negeri. Namun karena keterbatasan biaya, Sam pada akhirnya hanya mampu mengikuti pengobatan konvesional.
(up/up)











































