Hanya ada dua keanehan yang Louise Brent temukan dalam hidupnya. Pertama, sebuah garis samar yang memanjang ke bawah di sisi samping wajahnya saat ia baru lahir. Namun garis ini menghilang ketika ia beranjak anak-anak. Kedua, saat umurnya 45 tahun, ia merasa ada detak nadi di wajahnya.
Setelah diperiksakan, barulah ia diketahui mengalami AVM (arterial venous malformation) atau kecacatan pada pembuluh darah, di wajahnya.
Baca juga: Wajah Mudah Memerah Pertanda Punya Tekanan Darah Tinggi? Ini Faktanya
Meski telah menjalani pengobatan, nyatanya hal ini tidak berjalan lancar begitu saja. Suatu ketika Louise tiba-tiba merasakan migrain yang intens sehingga harus dirujuk ke Leeds General Infirmary. Di sana ia diarahkan untuk menjalani operasi, demi 'mengendalikan' AVM yang dideritanya.
Bangun dari operasi, Louise terkejut. "Setelah operasi, wajah saya benar-benar berantakan. Hidung dan hampir seluruh wajah saya melorot," kisahnya seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (8/6/2015).
Itu pun tidak membuat penderitaan Louise berakhir. Tak berapa lama setelah operasi, wanita berusia 58 tahun itu mulai mengalami pendarahan di wajahnya.
Bahkan dalam satu kesempatan, ia nyaris meregang nyawa karena kehilangan tiga kantung darah sekaligus. "Tampaknya bila AVM tidak tertangani dengan baik, inilah yang terjadi. Dan saya mengalaminya dua kali," imbuhnya.
Sayangnya tim dokter yang menanganinya selama ini sudah angkat tangan. Namun Louise mengaku masih ingin memperjuangkan hidupnya.
Didasari oleh hal itu, ia pun melakukan riset tentang AVM, dan menemukan seorang profesor dari Amerika yang pakar dalam mengatasi kondisi ini. Ia tak punya pilihan lain. "Juli lalu, saya sudah pergi ke Amerika untuk memulai pengobatan, dan saat itu ia langsung memotong sebagian wajah saya," katanya.
Pasca operasi yang berlangsung selama 12 jam itu, Louise tidak serta-merta dinyatakan sembuh. Bahkan karena lukanya tidak pulih sesuai harapan, maka profesor tersebut harus melakukan operasi lagi selama lima jam. Profesor yang menangani Louise itu memang mengutarakan bahwa AVM 'lebih sulit dikendalikan daripada kanker, karena jika tak segera ditangani, ia akan tumbuh kembali secara agresif'.
Total uang yang ia habiskan untuk prosedur tersebut mencapai 100.000 poundsterling (sekitar Rp 2 miliar), namun pengobatannya masih harus dilanjutkan.
Dalam keputusasaan, Louise pun menggalang dana untuk pengobatannya lewat situs gofund.me. "Sejauh ini kondisi saya sudah lebih baik, tapi saya masih butuh lebih banyak bantuan," pintanya.
Baca juga: Punya Tanda Lahir Nyaris Menutupi Mata, Bocah Ini Akhirnya Dioperasi
AVM terjadi karena kesalahan 'koneksi' antara pembuluh arteri dan vena di organ tertentu. Jadi darah dalam arteri bertekanan tinggi yang berjalan dengan cepat malah terhubung dengan pembuluh vena yang bertekanan rendah, sehingga suplai darah ke jaringan tubuh lainnya terhenti.
AVM yang tumbuh secara progresif dari waktu ke waktu karena banyaknya darah yang melewatinya, lama-lama akan menyebabkan gangguan karena ukurannya yang besar. Di sisi lain, jantung dipaksa bekerja keras untuk mempertahankan distribusi darah ke penjuru tubuh dan jika ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan terjadi gagal jantung.
Menurut pakar, AVM rata-rata dialami 1,4 dari tiap 100.000 orang.
(lll/ajg)











































