Tak hanya itu, Amethyst juga tak mempunyai tangan maupun kaki. Bicara untuk pertama kalinya dalam acara Body Bizarre di stasiun TV TLC, sang ibu, Estrellita mengisahkan, "Saat hamil, saya terus mengalami pendarahan selama satu bulan. Tapi dokter baru tahu kalau janin saya belum terbentuk sempurna di usia kandungan lima bulan."
Namun baru setelah Amethyst lahir, dokter menyadari bahwa mulut bayi Estrellita menutup. Tak berapa lama kemudian, putrinya didiagnosis dengan 'oromandibular limb hypogenesis syndrome', sebuah kondisi bawaan yang merupakan kombinasi dari berbagai kelainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Estrellita dan suaminya, Rolando telaten memberi makan anak mereka lewat selang yang dimasukkan ke hidung (nasal gastric tube) hingga cukup besar. Perlahan tapi pasti, keduanya mulai diajari untuk memberi makan Amethyst lewat celah kecil yang muncul di mulutnya, walaupun hanya sedikit demi sedikit.
Amethyst dan kedua orang tuanya (Foto: Discovery Communications) |
Beruntung menurut dokter, kondisi jantung Amethyst cukup kuat, meski badannya kecil. Hal ini menunjukkan besarnya harapan hidup yang dimiliki bocah cilik itu. Ditambah lagi Estrellita dan keluarga besarnya tetap memperlakukan dan membesarkan Amethyst tak ubahnya anak-anak lain.
Dibantu oleh kedua kakak perempuannya, Amethyst pun tumbuh menjadi bocah yang riang dan aktif. "Saya mencintai anak-anak saya, tapi cinta saya kepadanya berbeda. Saya ingin memberinya segala hal semampu saya," imbuh Estrellita.
Baca juga: Yahya, Bocah Tanpa Hidung dan Mata yang Akhirnya Punya Wajah Baru
Setelah tiga tahun, Dr Taps Gurango, kepala bagian bedah plastik di Children's Medical Center, Quezon City, Filipina merasa Amethyst sudah siap dan cukup kuat untuk menjalani operasi yang rumit. Operasi ini harus dilakukan untuk memisahkan tulang rahangnya, begitu juga dengan bibir dan mulutnya.
Operasi pertama ini digelar di Children's Medical Centre, dan berlangsung selama 8 jam. Hasilnya, mulut Amethyst sedikit terbuka, namun tubuh kecilnya tak kuasa menahan rasa sakit.
Amethyst bermain dengan salah satu kakak perempuannya (Foto: Discovery Communications) |
"Kami ingat waktu itu selepas operasi, ia tak bisa bicara, tak bisa mengeluh tapi kami bisa melihat ia memendam rasa sakit," ungkap Rolando seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (23/9/2015).
Mau tak mau hal ini mempengaruhi pemulihan Amethyst. Prosesnya menjadi lambat namun membuahkan hasil yang memuaskan. "Mulutnya terbuka, tapi karena tulang rahangnya masih sangat rentan, jadi mustahil bagi dia untuk makan tanpa alat bantu. Sementara harus dibantu dulu," lanjutnya.
Baca juga: Curhat Adam, Dipanggil Mutan Cacat Karena Wajahnya Penuh Tumor
Beberapa bulan kemudian, Amethyst menjalani operasi keduanya, yaitu untuk merekonstruksi tulang rahangnya. Namun setelah Dr Gurango membiusnya, tiba-tiba saja suhu tubuh Amethyst naik sehingga operasi kedua ini belum dapat dilaksanakan.
Untunglah setelah ditunggu selama 24 jam, temperatur tubuh Amethyst akhirnya kembali normal, dan operasi pun dilakukan.
Saat ini Amethyst sedang dalam masa pemulihan. Ia masih harus menjalani perawatan di rumah sakit walaupun sudah tidak di ruang intensif. "Agar mulutnya bisa benar-benar terbuka dan ia dapat berbicara dengan jelas, Amethyst masih harus menjalani satu operasi lagi, untuk mengganti gigi-giginya," jelas Rolando.
Kedua orang tuanya hanya berharap suatu saat nanti si bungsu bisa makan es krim dan berteriak sepuasnya. "Putri kami adalah survivor," tutup Rolando. (lll/up)












































Amethyst dan kedua orang tuanya (Foto: Discovery Communications)
Amethyst bermain dengan salah satu kakak perempuannya (Foto: Discovery Communications)