Video: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4

True Story

Video: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Rabu, 12 Okt 2016 15:41 WIB
Video: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4
Foto: thinkstock
Jakarta - Diah Nur Ratri, seorang perempuan di Jakarta baru berusia 17 tahun saat puting payudaranya tiba-tiba mengeluarkan cairan. Didampingi ibunya, ia segera memeriksakan diri ke Puskesmas. Dokter sempat menyangka cairan tersebut cuma lemak, hingga akhirnya ditemukan ada benjolan.

"Setelah itu saya dirujuk ke rumah sakit untuk biopsi. Setelah menunggu hasil selama seminggu, ternyata hasilnya sudah tumor ganas stadium 2," tutur Diah, saat ditemui detikHealth di rumahnya baru-baru ini.

Dokter menyarankan untuk operasi. Namun perempuan berparas manis ini tidak bisa membayangkan dirinya harus hidup dengan satu payudara di usia yang masih sebegitu muda. Diah berharap ada cara lain, dan akhirnya ia memilih terapi 'alternatif' non medis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apalagi waktu itu kan menjelang UN (Ujian Nasional), jadi saya nggak mau dioperasi," katanya, mengenang masa kelam yang dialaminya sekitar 4 tahun lalu.

Hingga setahun kemudian, terapi 'alternatif' yang dijalani tidak membuat kondisi Diah membaik. Rasa nyeri mulai menjangkiti tidak hanya payudara, melainkan sampai ke tulang punggungnya. Puncaknya, Diah merasakan sakit yang luar biasa hingga tidak bisa berjalan.

"Delapan bulan saya pakai kursi roda. Sudah balik seperti bayi lagi," katanya.

Video: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4


Pada titik itulah, Diah menyerah. Ia datang kembali ke rumah sakit ketika sel-sel kanker sudah semakin ganas. Penyesalan seketika datang saat dokter menyampaikan hasil pemeriksaan. "Dokter bilang sudah stadium 4, sudah menyebar ke tulang," kenang Diah.

Serangkaian terapi pengobatan dijalaninya di RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Efek kemoterapi membuat rambut di kepala dan alisnya rontok sampai habis. Namun perlahan, kondisinya terus membaik. Sekarang, ia sudah tidak membutuhkan kursi roda.

Rambutnya memang sudah tumbuh lagi, tetapi Diah masih harus melanjutkan terapi dan pemeriksaan lainnya. Payudaranya masih belum bisa dioperasi karena menunggu sel kanker di tulang belakangnya benar-benar bersih. Benjolan yang belakangan muncul di mata kanan, juga masih menyisakan kegalauan.

"Ini mata kanan jadi agak kabur. Baru mau diperiksa MRI (Magnetic Resonance Imaging)," kata Diah yang juga seorang mantan atlet judo.

Video: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4
Diah dan sebagian koleksi medalinya saat aktif di olahraga Judo


Menurut Linda Amalia Sari Gumelar dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia, Diah hanya sebagian dari puncak sebuah gunung es. Selain Diah, diyakini masih banyak remaja putri maupun perempuan dewasa yang belum benar-benar menyadari pentingnya memeriksa payudaranya sendiri.

"Kanker payudara itu sebenarnya kalau terdeteksi sejak dini, 98 persen nyawanya bisa diselamatkan," kata Linda, istri Agum Gumelar yang juga seorang penyintas atau survivor kanker payudara.

Kanker payudara bisa menyerang siapa saja. Sekitar 40-70 persen pasien kanker payudara bahkan tidak punya riwayat penyakit serupa di keluarganya. Jadi jangan sampai lengah ya, rajin-rajinlah cek payudara dan segera periksakan ke dokter jika ada benjolan mencurigakan.

Dalam video berikut ini, Diah Nur Ratri menuturkan pengalamannya sebagai warrior, jatuh bangun 'bergulat' dengan kanker payudara sejak umur 17 tahun:



(up/vit)

Berita Terkait