"Kalo saya itu memang mesti hati-hati untuk urusan kanker. Ibu saya meninggal karena kanker ovarium, nenek saya pun meninggal karena kanker. Saya menikah dengan suami saya, Gilang, yang ibu bapaknya meninggal karena kanker. Ibunya ibu mertua saya, neneknya gilang, juga meninggal karena kanker," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, Jumat (19/10/2018).
Shahnaz menambahkan ketika pertama kali terdeteksi, rasa shock pasti ada. Namun ia tidak berlama-lama terpuruk dan bersedih hati. Sesegera mungkin melakukan pemeriksaan untuk mengangkat sel kanker tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shahnaz sendiri adalah seorang survivor kanker ovarium. Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth |
Untuk menghidari sel kanker kembali menyerang, ia rutin melakukan pemeriksaan darah dua kali dalam setahun dan menjaga pola makan serta berolahraga.
"Saya hanya makan daging putih, seperti ayam atau ikan. Kalau mau makan daging merah pun hanya sebulan sekali. Saya juga yoga," tuturnya.
"Untuk pemeliharaan, dua kali saya musti periksa darah. Pertama itu CA 125 untuk cancer marker, apakah dia tetap tidur atau ada yang muncul. Kemudian saya melakukan pap smear walaupun di ovarium," lanjutnya.
Shahnaz berpesan untuk para survivor dan warrior penyakit kanker agar tidak patah semangat. Sebab, kanker bukanlah akhir dari kehidupan.
"Jadi kalau misal sekali kita kena kanker, maka kita musti bersahabat dengan penyakitnya. Kalimat survive itu bukan berarti hilang karna sel itu uda ada di tubuh kita. Kita harus bersyukur Tuhan ngasih penyakit, jadi kita bisa 'bersiap-siap'," tutupnya.
Saksikan juga video'Linda Gumelar dan Melly Goeslaw Bercerita Soal Kanker Payudara':
(up/up)












































Shahnaz sendiri adalah seorang survivor kanker ovarium. Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth