"Senang, Dewangga suka lari dari kelas 2 SD, nanti mau jadi atlet ikut olimpiade ketemu Usain Bolt," kata Dewangga saat dijumpai di GOR Soemantri, Jakarta Selatan, Minggu (20/10/2018).
Ketika ditanyai mengenai motivasinya untuk jadi juara, Dewangga berkelakar ingin mengganti handphone-nya yang sudah tidak bisa digunakan lagi.
"Pengen ganti handphone soalnya yang lama mah butut, HP yang lama jelek. Pulangnya besok pokoknya beli HP," tambahnya.
Sang Bunda, Lia Juwita, mengatakan Dewangga sudah ikut kejuaraan daerah dan berhasil meraih juara di tingkat Kota Bandung.
"Dia juara dua, ngalahin yang umur 18 sama 19 tahun, itu lombanya sama orang normal. Dewangga juga pelari lapis kedua di Jawa Barat," imbuhnya.
![]() |
Lia menutururkan ketika pertama kali Dewangga didiagnosis mengalami autis, rasa syok dan sedih menghinggapi dirinya. Namun, adanya keterbatasan yang dimiliki Dewangga tidak menghentikan semangatnya sampai berhasil menyamai orang normal dan bisa menjadi contoh bagi lingkungan sekitar.
"Sekarang kok saya jadi bangga. Dia hafidz juga, sekarang jadi contoh buat tetangga tetangga yang dulunya mem-bully anak saya, jadi pembuktian. Sholatnya enggak pernah bolong, selalu ke masjid. Dia time schedule-nya bagus," terangnya.
Untuk ke depannya, Lia berharap agar atlet autisme juga dapat bergabung di Asian Para Games sehingga stigma masyarakat mengenai penyandang autisme yang kerap terkucilkan dan di pandang sebelah mata bisa berubah.
Dewangga yang sebentar lagi beranjak SMP diharapkan untuk agar terus menggeluti passion-nya dan mengejar cita-citanya menjadi pelari yang bisa berkecimpung di ranah internasional.
"Sekarang kan Dewangga udah mau SMP, saya mending mengembangkan passion yang udah dia punya sekarang. Fokus di lapangan, insya Allah," harapnya.
(Khadijah Nur Azizah/up)