Tujuh tahun setelahnya, ia memilih untuk mengamputasi kakinya hingga ke lutut. Kemudian 30 tahun berikutnya, Mona telah mendedikasikan hidupnya untuk menyemangati orang-orang yang diamputasi untuk tetap aktif, tetap bugar dan keluar dari zona nyaman mereka, salah satunya adalah mendaki Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika.
Sekelompok orang yang diamputasi dari yayasan yang ia dirikan, bernama Antonio Amputee Foundation, ia pimpin untuk mendaki gunung tertinggi di benua Afrika tersebut. Sebanyak 13 orang berusia 14 hingga 66 tahun, bersama tim medis dan kru film berangkat mendaki selama 6 hari dan turun selama dua hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memilih timnya secara hati-hati, karena ia tahu ia membutuhkan tim yang memiliki tekad yang positif. Mona juga memutuskan untuk memilih Kilimanjaro karena ia tahu puncak tersebut dapat ditaklukkan dengan kerja keras.
Pendakian tersebut bukanlah tidak mulus. Ada salah satu pendaki yang mengalami mabuk ketinggian parah namun dapat segera diatasi tepat waktu. Kesulitan lainnya adalah mencapai puncak setelah 12-14 jam pendakian tanpa henti. Namun Mona dan seluruh tim sangat bangga atas hasil yang diraih.
Hal inilah yang terus mendorong Mona untuk menyemangati orang-orang yang bernasib sama sepertinya. Dengan dukungan dari suami dan kedua anaknya, Mona telah membantu banyak orang yang diamputasi dan meyakinkan mereka bahwa mereka lebih mampu daripada yang mereka kira.
"Yang aku beritahukan ke mereka adalah, dengan mindset yang benar, apapun itu mungkin. Jika kamu berpikir bahwa kamu bisa, atau jika kamu berpikir kamu tidak bisa, maka jawabannya tetap 'ya'" pungkasnya.
Simak juga video 'Wanita PNS Salatiga Sukses Taklukkan 'Atap Dunia' Annapurna Nepal':
(frp/up)











































