Wanita berusia 41 tahun ini mengalai kondisi yang disebut 'Benjamin Button', yaitu kondisi yang disebabkan oleh diagnosis progeria, yaitu kelainan genetik yang membuat kondisi fisik menua terlalu cepat.
Dikutip dari Daily Mail, Tiffany termasuk orang yang luar biasa karena biasanya anak-anak yang didiagnosis progeria tidak bertahan hidup lebih dari 12 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kakakku meninggal, itu benar-benar membuka mataku seperti apa sisa hidupku nantinya," ujar Tiffany.
Tiffany juga mengalami komplikasi seperti kerusakan gigi, rambut rontok, dan masalah jantung. Tingginya pun hanya sekitar 133 cm dengan berat hanya 26 kilogram.
Mengetahui kondisinya yang cukup buruk, Tiffany tidak pasrah begitu saja. Ia mengaku berlatih yoga untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang kuat dan tetap fleksibel.
"Aku suka menari, menari di setiap kesempatan yang aku dapatkan dan aku suka bergaul dengan teman-teman dan senang bepergian," ungkapnya.
Seorang ahli genetik dari Rumah Sakit Anak Nationwide di Columbus, Dr Kim McBride menyebut kasus Tiffany ini sebagai hal yang sangat langka.
McBride pertama kali bertemu Tiffany dan Chad lebih dari 10 tahun yang lalu, dan menghubungkan mereka dengan para peneliti untuk menyelidiki gen mereka lebih lanjut.
"Bagi orang-orang dengan bentuk progeria yang khas, mereka menjalani kehidupan yang sangat singkat dengan banyak yang meninggal di usia remaja," tutur McBride.
Progeria disebabkan oleh mutasi pada gen yang disebut LMNA, yang menghasilkan protein Lamin A, perancah struktural yang menyatukan inti sel. Protein Lamin A yang rusak membuat nukleus tidak stabil, yang menyebabkan penuaan dini dengan cepat.
(wdw/up)











































