Rival (5) salah satunya, bocah pengidap celebral palsy ini sangat senang ketika melihat sepatu orthosisnya yang bergambar karakter animasi Tayo. Ibunya, Namiroh (40) bercerita bahwa anaknya diketahui mengidap celebral palsy yang mengakibatkan perkembangan dan pertumbuhannya lambat serta sulit berjalan.
"Dia kalau didiriin kakinya diangkat, jadi kakinya diangkat kayak jinjit. Tapi sekarang badannya sudah luamayan kuat. Disaranin sama dokter pakai ini (sepatu orthosis)," ujar Namiroh kepada detikHealth saat ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (23/4/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepatu warna-warni ini membantu Rival dkk bisa berdiri dan berjalan sendiri Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth |
Gibran didiagnosis celebral palsy pada saat usianya 1,5 tahun yang sebelumnya sempat didiagnosis mikrosefalus, yaitu kondisi di mana kepala bayi berukuran lebih kecil dari ukuran normal.
Gejalanya dimulai saat usia empat bulan Gibran mengalami kejang tanpa disertai demam. Tubuhnya pun kaku dan persendiannya tidak bisa ditekuk. Akhirnya ia harus melakukan terapi secara rutin untuk melenturkan tubuhnya.
"Kalau kita diriin agak jingke satu, kaki sebelah kiri. Tapi sekarang sudah mau gerak-gerak, mau tetah gitu udah mau," kata sang ibu, Mega (29).
"Harapannya pakai sepatu ini biar bisa jalan lah, biar mandiri, nggak nyusahin orang suatu saat," lanjutnya.
Bukan sepatu biasa, ini disebut sepatu ortosis Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth |
Sepatu orthosis ini diberikan secara cuma-cuma kepada 20 bocah pengidap celebral palsy oleh DARE Foundation. Khusus sepatu orthosis ini dilengkapi dengan gambar-gambar karakter animasi kesukaaan anak-anak agar mereka senang memakainya.
"Karena waktu itu kita coba satu anak tadinya nggak mau pakai, eh jadi mau malah senang karena bergambar, apalagi kalau gambarnya costumize sesuai dengan yang anak suka," tutur praktisi orthosis, Coki Tobing.












































Sepatu warna-warni ini membantu Rival dkk bisa berdiri dan berjalan sendiri Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth
Bukan sepatu biasa, ini disebut sepatu ortosis Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth