Dokter pun mengira Catherine mengalami gangguan derealisation, yaitu perasaan seperti sedang mengamati diri sendiri dari luar tubuh atau memiliki perasaan bahwa hal-hal di sekitarnya tidak nyata, atau keduanya. Catherine pun diresepkan obat anti-depresan.
"Saya menonton video tentang bagaimana perasaan orang (dengan penyakit mental seperti derealisation dan serangan panik) dan itu benar-benar cocok dengan perasaan saya," ungkap Catherine dikutip dari Metro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, hasil CT scan pun mengejutkan. Catherine memiliki tumor besar di otaknya. Ia percaya tumornya sudah tumbuh sejak usianya enam tahun dan memengaruhi personalitinya dari waktu ke waktu.
"Saat aku melihatnya (tumor) beberapa kali di layar, itu terlihat seukuran sebuah apel," imbuhnya.
Beruntungnya, tumor yang dimiliki Catherine bisa diangkat melalui operasi. Namun kemungkinan untuk tumbuh kembali masih cukup besar. Ia pun kini tengah menunggu kesempatannya untuk kemoterapi.
"Setelah apa yang aku alami dengan misdiagnosis, aku menyarankan orang lain untuk menyelidiki sepenuhnya jika ada yang tidak beres dengan dirimu. Dari apa yang aku alami, dokter dan pasien harus perlu lebih waspada," pungkasnya.
(wdw/up)











































