China Press menuliskan, seorang ahli saraf Taiwan berbagi kisah pasiennya dalam sebuah acara TV. Ia bercerita bahwa pasien tiba-tiba kehilangan pandangan di salah satu matanya dan dia mulai merasa pusing. Dia mengira matanya terlalu lelah, tetapi pandangannya tidak pernah membaik setelah itu karena dia masih mengalami kebutaan di salah satu matanya.
"Dia pergi menemui dokter, yang mengatakan bahwa kondisinya karena usia tuanya dan memberinya obat tetes mata. Namun, seminggu kemudian, kebutaannya kembali saat dia mengemudi dan dia pergi menemui dokter lagi," ujar seorang ahli syaraf, dikutip dari World of Buzz, Senin (16/12/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter juga menjelaskan, arteri karotid membawa darah dari jantung ke leher, yang merupakan jalur menuju otak. Jika tersumbat, pasien akan menderita stroke.
Dokter tidak mengatakan bahwa menonton TV selama berjam-jam secara langsung menyebabkan stroke pasien, tetapi ada penelitian yang mengungkapkan ini benar.
Menurut Medical News Today, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terlalu banyak menonton TV dapat meningkatkan risiko tromboemboli (suatu kondisi yang ditandai dengan pembekuan darah yang berpotensi fatal).
Hal ini dikarenakan duduk dalam jangka waktu lama mengurangi aliran darah, yang kemudian mengarah pada risiko lebih tinggi terkena serangkaian kondisi, termasuk stroke otak.
"Menghindari sering menonton TV, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengendalikan berat badan mungkin bermanfaat untuk mencegah VTE (Tromboemboli vena)," pesan Yasuhiko Kubotada, Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Minnesota di Minneapolis.
(up/up)











































