Wanita di DKI Jakarta Santi Eka Permana (47) menceritakan bagaimana kisah perjuangannya dalam menghadapi diagnosis kanker serviks. Ia menceritakan bahwa ia pertama kali didiagnosis mengidap kanker serviks stadium 1B oleh dokter pada tahun 2016.
Santi menceritakan semua itu berawal dari gejala rasa nyeri yang luar biasa. Ia mengatakan bahwa rasa nyeri tersebut juga disertai oleh perdarahan. Setelah melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, dokter saat itu mengatakan bahwa Santi mengidap miom dan kista.
"Dari situ disarankan operasi pengangkatan miom dan kista. Setelah itu rawat jalan tapi nyeri saya nggak hilang-hilang, nggak berhenti," ucap Santi ketika ditemui acara Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Rahim Kemenkes di Jakarta Pusat, Sabtu (16/12/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena rasa nyeri yang tak kunjung hilang, ia memutuskan untuk kembali melakukan pemeriksaan ke dokter. Melihat kondisi Santi, dokter lantas memutuskan untuk melakukan biopsi padanya. 14 hari kemudian hasil biopsi keluar dan dicurigai ada sel tumor ganas di tubuhnya.
"Akhirnya dokter menyatakan saya kena kanker serviks stadium 1B itu tahun 2016. Jadi pada saat dokter menyatakan saya kanker serviks, rasanya tuh hidup saya bakalan sebentar, bakal meninggalkan ana-anak saya, ibu, dan bapak saya," ceritanya.
Berkat dorongan dan dukungan keluarga, ia memutuskan untuk langsung menjalani serangkaian perawatan kanker serviks seperti pengobatan dan prosedur radiasi dalam sebanyak 25 kali dan radiasi dalam tiga kali hingga tahun 2017. Pada prosesnya ia juga harus menjalani proses pengangkatan rahim.
"Saya bismillah, mungkin dengan rahim saya diangkat saya sehat saya sembuh," jelasnya.
Selain terus konsisten menjalani pengobatan, Santi juga masuk ke dalam komunitas dukungan untuk pasien kanker serviks Cancer Information & Support Center (CISC). Menurutnya peran komunitas penting untuk mendorong bantuan psikologisnya.
Setelah menjalani serangkaian pengobatan, Santi akhirnya dinyatakan remisi pada tahun 2018. Ia berharap perjuangan yang ia lakukan bisa menjadi inspirasi untuk pasien lainnya.
"Jadi tahun 2018 waktu itu dokter sudah menyatakan, 'kamu ini sudah bersih', tapi sampai sekarang harus terus dikontrol ke dokter. Berarti kurang lebih sekitar tujuh tahun sudah dinyatakan remisi," ceritanya.
Santi meminta masyarakat untuk bisa lebih aware pada pasien-pasien kanker yang tengah berjuang. Dukungan psikologis sangat penting bagi pasien dalam proses perawatan kanker serviks. Santi juga mengingatkan pentingnya skrining deteksi dini agar kanker serviks dapat ditangani lebih cepat.
(avk/kna)











































