Cerita Wanita Isolasi Diri 3 Tahun Selama Pandemi COVID-19

Cerita Wanita Isolasi Diri 3 Tahun Selama Pandemi COVID-19

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Jumat, 22 Des 2023 18:32 WIB
Cerita Wanita Isolasi Diri 3 Tahun Selama Pandemi COVID-19
Foto ilustrasi: Getty Images/MarioGuti
Jakarta -

Seorang wanita di North East Somerset, Inggris, mengisolasi diri selama tiga tahun dari pandemi COVID-19. Ini dilakukan demi menjaga kesehatannya yang sangat rentan terhadap virus tersebut.

Wanita bernama Jennifer itu memiliki beberapa kondisi kesehatan, termasuk autoimun dan penyakit pembekuan darah. Hal ini membuat sistem kekebalannya tidak terlalu kuat untuk melindungi diri dari virus Corona.

"Sehari-hari saya sangat sulit untuk terus berjalan, diisolasi dan dibatasi," ungkap Jennifer yang dikutip dari BBC, Jumat (22/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku telah mendapatkan vaksin COVID-19. Namun, vaksin itu dirasa tidak banyak memberikan perlindungan untuknya.

Jennifer, yang digolongkan sebagai penyandang disabilitas fungsional, mengatakan dia berada dalam 'keputusasaan, kesedihan dan depresi berat' karena berada dalam isolasi begitu lama.

ADVERTISEMENT

"Tidak ada toko, tidak ada perjalanan, tidak ada kehidupan, tidak ada apa-apa. Saya merasa hidup saya berlalu begitu saja," kata Jennifer.

Tidak ada seorang pun yang mengunjungi rumahnya selama sekitar tiga tahun dan dia tinggal terpisah dari suaminya.

"Dia berhak punya kehidupan, tapi itu artinya kita tidak punya kehidupan bersama," ujarnya.

Jennifer mengatakan jika dirinya tertular COVID-19, itu bisa membahayakan nyawanya. Ia bisa mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit atau bahkan berujung kematian.

Namun, ia juga mengaku khawatir jika harus dirawat di rumah sakit. Sebab, di sana menjadi tempat yang bisa menambah risiko penyakitnya dan rasa lelahnya.

Melihat kondisi COVID-19 yang mulai naik lagi ini, Jennifer berharap bisa mendapatkan obat-obatan untuk perlindungan dirinya. Menurutnya, tidak adil jika dirinya tidak mendapatkan obat yang disebut sebagai Evusheld.

"Kita harus hidup dalam harapan karena tanpanya, saya rasa orang-orang seperti saya tidak akan bisa terus maju," pungkasnya.




(sao/vyp)

Berita Terkait