Pengakuan Wanita Kena Penyakit Otak Langka gegara Diet Ketat

Pengakuan Wanita Kena Penyakit Otak Langka gegara Diet Ketat

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 24 Sep 2024 14:32 WIB
Pengakuan Wanita Kena Penyakit Otak Langka gegara Diet Ketat
Foto ilustrasi: Getty Images/Pornpak Khunatorn
Jakarta -

Seorang wanita berusia 60 tahun mengidap penyakit fatal setelah melakukan diet untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Hal ini dialami wanita bernama Dr Vivienne Cox, mantan ahli mikrobiologi yang pernah bekerja di dua perusahaan farmasi terkemuka.

Dr Cox mengatakan telah menjalani pola diet 5:2, yang dipopulerkan oleh dr Michael Mosley. Ia menduga bahwa dietnya ini yang memicu penyakit neuron motorik atau MND.

Dikutip dari Medical News Today, penyakit neuron motorik mengacu pada sekelompok penyakit neurodegeneratif langka yang membuat saraf motorik di tulang belakang dan otak kehilangan fungsi seiring waktu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab pastinya tidak jelas, tetapi National Institute of Neurological Diseases and Stroke Trusted Source melaporkan bahwa faktor genetik, racun, virus, dan faktor lingkungan lainnya mungkin berperan.

Dari hasil pemeriksaan, Dr Cox menemukan adanya mutasi gen. Hal ini menyebabkan tubuhnya memproduksi protein beracun yang mempengaruhi metabolisme energi sel.

ADVERTISEMENT

"Saya menjalani kehidupan yang tenang dan memanjakan diri hingga akhir usia 50-an. Saya menikmati makanan enak, minuman beralkohol, dan camilan manis," tutur Dr Cox yang dikutip dari Mirror UK.

"Selama ini saya cukup sehat. Saya rutin melakukan aktivitas di luar ruangan, seperti berkebun dan berjalan-jalan di lingkungan sekitar," sambungnya.

Kemudian, Dr Cox mulai tertarik dengan metode diet 5:2 yang sedang tren pada saat itu. Ia mulai mengurangi asupan gula rafinasi dan membatasi kalori, sehingga berat badannya turun sekitar 6 kg.

Diet 5:2 merupakan pola puasa intermiten dengan membatasi asupan kalori hingga 500-600 kalori per hari, sebanyak dua kali seminggu. Meski bermanfaat untuk kesehatan, tidak semua orang bisa cocok dengan metode diet ini.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah memuji diet 5:2 sebagai keajaiban penurunan berat badan, yang sebanding dengan menjalankan diet pembatasan kalori. Diet ini juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi otak dan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

Namun, setelah dua tahun menjalani diet tersebut, Dr Cox merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia mengalami gejala seperti ketidakseimbangan saat berjalan, sering tersandung, bahkan patah tulang karena jatuh.

Sebagai seorang ilmuwan, ia menyelidiki akar penyebab masalah ini. Ia sekarang dengan tegas mengaitkan masalah kesehatannya dengan puasa intermiten 5:2.

Beberapa penelitian menyebut bahwa orang yang mengidap MND mungkin memiliki kondisi hipermetabolisme. Itu merupakan kondisi saat tubuh membakar energi lebih cepat dari rata-rata.

Terkait hal ini, National Health Service (NHS) menyarankan agar masyarakat tidak mengikuti pola diet yang tidak aman. Misalnya seperti puasa berkepanjangan atau menghindari kelompok makanan tertentu.

Mereka lebih merekomendasikan untuk rutin berolahraga dan mengatur pola makan yang seimbang. Untuk mencapai penurunan berat badan sekitar 0,5 hingga 1 kg per minggu, NHS menyarankan untuk mengurangi asupan kalori harian sebesar 600 kalori.




(sao/kna)

Berita Terkait