Seorang bocah berusia 3 tahun asal Madura, Jawa Timur dilarikan ke RSD dr Soebandi, Jember dengan keluhan konstipasi dan perut kembung selama 3 hari. Seminggu sebelum masuk RS, anak tersebut mengeluh diare dan demam, kemudian orang tuanya membawa anaknya ke puskesmas dan didiagnosis infeksi saluran kemih.
Sehari setelah dirawat, pasien mengeluh perut tidak nyaman dan kembung. Di unit gawat darurat, dia didiagnosis mengalami konstipasi. Pada hari pertama observasi di rumah sakit, pasien muntah cacing dan diagnosis askariasis dipertimbangkan.
"Asupan makan pasien normal. Tidak ada riwayat penurunan nafsu makan sebelumnya sampai minggu ini," tulis kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Report dikutip Sabtu (12/4/2025).
Data anamnesis menunjukkan bahwa pasien tinggal di Bali, Indonesia, dan baru saja pindah ke Jember. Di Bali, pasien hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Ia jarang memakai sandal atau pelindung kaki saat bermain.
Di Jember, ia rutin mengikuti kakek dan neneknya memunguti sampah di tempat pembuangan sampah. Ibu pasien biasanya menyuapi pasien dengan tangan, dan pasien minum air putih dari sumber air yang kurang bersih.
Kemudian pasien berkonsultasi ke bagian bedah anak untuk dilakukan laparotomi eksplorasi. Selama operasi, dokter menemukan tiga lokasi obstruksi usus di sepanjang ususnya. Setelah itu operasi dilakukan untuk mengeluarkan cacing di perutnya.
Anak laki-laki itu kemudian diberikan resep antibiotik, cairan, dan tablet pyrantel pamoate, pengobatan yang digunakan untuk berbagai infeksi parasit usus termasuk cacing gelang dan cacing tambang. Dia keluar dari rumah sakit seminggu kemudian.
"Kebersihan dan sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kondisi ini," ungkap peneliti.
(kna/kna)