Seorang pria di Iran berusia 21 tahun yang tidak disebutkan namanya mengeluhkan ereksi sebagian selama 3 bulan. Ketika diperiksa, dokter menemukan pria tersebut memiliki tato di sepanjang penisnya, termasuk tato lain di bagian kepala penis. Pria itu menuturkan gejala ereksi muncul tepat setelah ia membuat tato.
Dikutip dari Live Science, pria itu menjalani pembuatan tato konvensional menggunakan jarum. Setelah itu, ia mengalami perdarahan dan nyeri selama beberapa hari.
Ketika nyeri mereda, ia mengalami ereksi saat tidur yang lebih lama dari biasanya. Kondisinya semakin memburuk ketika ereksinya terjadi sepanjang waktu, bahkan tanpa rangsangan apapun.
Dokter lantas melakukan berbagai pemeriksaan termasuk pemindaian otak dan tes darah. Dokter menemukan kondisi pseudoaneurisma di area yang ditato. Ini menunjukkan adanya arteri yang terluka dan menyebabkan darah mengumpul.
Tim dokter mendiagnosisnya priapisme noniskemik. Priapisme mengacu pada ereksi berkepanjangan yang terjadi tanpa adanya rangsangan seksual atau ereksi yang berlanjut lama setelah rangsangan seksual berhenti.
Jenis priapisme yang paling umum adalah iskemik, terjadi ketika penyumbatan mencegah darah yang kekurangan oksigen keluar dari penis. Ini juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu.
Kondisi ini dapat memicu kerusakan jaringan, jaringan parut permanen, hingga impotensi. Pada saat kasus itu dipublikasikan pada tahun 2012, dokter menyebut itu adalah 'kasus pertama priapisme nonsikemik setelah tato penis' yang pernah dijelaskan dalam literatur medis.
Pria tersebut sempat menjalani operasi untuk mengatasi kondisinya. Tapi hasilnya tidak memuaskan karena ia masih mengalami ereksi tersebut. Menurut laporan dokter, pasien menolak untuk mendapatkan pengobatan lanjutan dan memilih hidup dengan kondisi tersebut.
Saksikan pula video "Menteri Wihaji Ungkap Strategi Indonesia Perangi Stunting" di sini: