Kisah Haru Pasutri Dirawat Bareng karena Sama-sama Idap Gagal Ginjal

Kisah Haru Pasutri Dirawat Bareng karena Sama-sama Idap Gagal Ginjal

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Jumat, 24 Okt 2025 08:00 WIB
Kisah pasangan suami istri di Singapura membuat publik haru. Pasalnya, keduanya didiagnosis mengidap gagal ginjal dan harus menjalani dialisis atau cuci darah.
Abby dan Hafiz, pasangan suami istri di Singapura yang sama-sama didiagnosis gagal ginjal. (Foto: Instagram/@abby.ramlan)
Jakarta -

Pasangan suami istri di Singapura yang bernama Elmi Nurfianty Ramlan atau Abby (35) dan Mohammad Hafiz (43) harus menjalani hidup penuh cobaan. Selama 12 tahun menikah, mereka sama-sama didiagnosis mengidap gagal ginjal.

Ini berawal saat Abby yang saat itu berusia 24 tahun pertama kali didiagnosis penyakit ginjal kronis stadium 3 pada 2014, tepat setelah bertunangan dengan Hafiz. Beberapa tahun kemudian, penyakit itu berkembang menjadi gagal ginjal yang mengharuskannya menjalani cuci darah atau dialisis sekitar 3 kali seminggu.

"Setelah itu, saya menyadari bahwa saya hanya bisa berkutat pada hal ini. Jadi, yang bisa saya lakukan adalah memanfaatkannya sebaik mungkin," tutur Abby yang dikutip dari Mothership.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itulah sebabnya saya berusaha bersikap positif, berusaha untuk bahagia dan ceria," tambahnya.

Rutinitas dialisis membuat Abby sulit untuk bekerja penuh waktu, sehingga membuatnya banting setir menjadi pembuat kue. Di tahun 2020, ia mulai bisnis rumahan yang menjual kue tart.

ADVERTISEMENT

Namun, pada 2024 kondisi kesehatan Abby semakin memburuk. Ia mengalami gagal jantung akibat seringnya menjalani sesi dialisis.

Kondisi gagal jantung ini terjadi saat jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Untuk mengimbanginya, tubuh membuat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Saya juga sering mengalami kecemasan, serangan panik karena detak jantung saya bisa sangat cepat secara tiba-tiba. Lalu, saya akan bermandikan keringat dingin," terang Abby.

Semenjak menikah, sang suami Hafiz selalu mendampingi Abby untuk menjalani sesi dialisis. Ia mencari pekerjaan yang fleksibel agar bisa tetap merawat Abby.

Sang Suami Didiagnosis Gagal Ginjal

Abby selalu menganggap Hafiz sebagai sandaran hidupnya. Tetapi, semua itu runtuh saat suaminya mendadak pingsan di pusat perbelanjaan pada 2024.

Hafiz menerima transfusi darah karena kadar hemoglobinnya rendah. Menurut dugaan dokter, itu merupakan salah satu tanda gagal ginjal.

Setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut, ia didiagnosis mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Dokter menduga ini merupakan penyakit keturunan karena ayah Hafiz meninggal karena gagal ginjal.

"Saya tidak pernah menyangka, saya dan istri akan menderita penyakit yang sama," kata Hafiz.

Diagnosis ini sangat mengejutkan, mengingat Hafiz selalu menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Jika ada waktu luang, ia akan memancing atau berolahraga seperti sepak bola.

Sekarang, Hafiz bergantung pada sekitar delapan obat untuk mengatasi penyakitnya. Bahkan, ia sempat depresi selama beberapa bulan karena tidak dapat menerima kondisinya itu.

Alih-alih meninggalkannya, Abby tahu bahwa kini gilirannya menjadi tangan yang teguh untuk membuatnya terus bertahan.

"Saya katakan kepadanya bahwa apa pun yang terjadi, inilah takdir kita. Kita tidak bisa menghindarinya. Semakin kita tertekan karenanya, hal itu tidak akan membawa kita ke mana pun. Manfaatkan saja sebaik-baiknya," beber Abby.

Setelah diagnosis itu, Hafiz semakin memahami apa yang telah dilalui istrinya selama bertahun-tahun. Ia merasakan kelelahan yang dulu dialami Abby.

"Sekarang saya tahu bagaimana rasanya berada di posisinya," katanya.

Mereka sering mengunjungi rumah sakit bersama-sama. Bahkan, harus menghabiskan momen Idul Fitri di rumah sakit karena keduanya harus dirawat.

Hafiz telah menjalani pemeriksaan medis yang diperlukan dan disarankan untuk menjalani sesi dialisis ginjal. Mereka saat ini sedang menunggu langkah selanjutnya.

Sepanjang perjalanan mereka, Abby mengatakan bahwa yang membuat mereka tetap bertahan adalah kebersamaan.

"Kami tidak pernah meninggalkan satu sama lain. Dan kami selalu mengatakan hal-hal positif satu sama lain," pungkas Abby.

Halaman 2 dari 3
(sao/kna)

Berita Terkait