"Kalau ditato dibilang nggak sakit itu bohong, tapi sakitnya masih masuk akal," kata Lois Nur Fathiarini, seorang tattooist (seniman tato) perempuan asal Yogyakarta, saat dihubungi detikHealth, Rabu (2/5/2012).
Menurut Lois, agak sulit membandingkan intensitas rasa sakit saat ditato dengan saat disuntik. Karena saat disuntik jarumnya hanya ditusukkan sekali sedangkan saat ditato jarumnya ditusukkan berulang-ulang. Kedalamannya juga berbeda, karena jangkauan jarum tato hanya sedikit di bawah kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau untuk membayangkan rasa sakit, kalau dinilai skala 1-10 maka sakitnya ditato itu hanya skala 2 asalkan kondisi tubuh dalam keadaan prima. Tidak dalam posisi mabuk dan dalam pengaruh obat-obatan, juga tidak sedang letih," jelas Lois.
Kondisi tubuh yang prima merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang ingin ditato. Jadi jangan heran jika suatu saat bikin janji untuk membuat tato, maka sang tattooist akan menyarankan untuk tidak bergadang dan menghindari rokok seminggu sebelumnya.
Seseorang yang punya kelainan fungsi jantung, diabetes dan gangguan darah juga dianjurkan untuk berhati-hati saat ingin ditato. Tak jarang tattooist meminta surat keterangan dari dokter, yang menyatakan bahwa calon pelanggannya berada dalam kondisi yang cukup fit untuk ditato.











































