Tidak seorang pun ingin mati keracunan, kecuali memang sudah niatnya ingin bunuh diri. Bagi yang mengalami keracunan atau memang sengaja diracun oleh penjahat, harapan terbesarnya adalah sesegera mungkin mendapat penawarnya. Apa saja?
"Setiap racun pasti ada penawarnya," tegas Dr Abdul Mun'im Idris, SpF, seorang ahli forensik dari RS Cipto Mangunkusumo saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (12/9/2012).
Masalahnya, kadang orang tidak tahu racun apa yang masuk ke tubuhnya dan tentu saja akan sulit untuk menentukan penawarnya. Maka langkah terbaik ketika mengalami keracunan atau menjumpai korban keracunan adalah sesegera mungkin mencari pertolongan medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu juga dengan anjuran-anjuran seperti minum susu atau air kelapa muda. Dalam beberapa kasus yang tidak terlalu berat, cara ini kadang berhasil tetapi tetap lebih dianjurkan untuk mencari pertolongan medis karena tidak semua racun bisa ditawar dengan cara ini.
Selain jenis racun, cara racun masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi jenis penanganan yang harus diberikan. Keracunan gas CO misalnya, karena masuk lewat pernapasan maka pengatasannya relatif lebih sulit dan harus sesegera mungkin dibawa ke tempat yang udaranya segar agar mendapat cukup oksigen.
"Racun paling cepat menyebar kalau masuknya lewat paru-paru, misalnya menghirup gas beracun. Berikutnya berturut-turut adalah melalui suntikan pembuluh darah, suntikan otot, oral atau lewat mulut dan melalui kulit," jelas Dr Mun'im.
Makin cepat racun menyebar ke dalam tubuh, maka penawar racun harus semakin cepat diberikan. Beberapa jenis racun kalau sudah menyebar dan mencapai susunan saraf pusat di otak bisa menyebabkan sesak napas dan gangguan fungsi organ lainnya dan berujung pada kematian.
Tidak terkecuali untuk kasus-kasus keracunan karena gigitan atau sengatan binatang, misalnya terkena bisa ular. Meski ada yang mengatakan bahwa empedu ular bisa menawarkan racun tersebut, Dr Mun'im lebih menganjurkan untuk dibawa ke Puskesmas terdekat.
"Ada anti-bisa ular yang bisa diberikan di sana. Itu saja (dibawa ke Puskesmas saja). Kalau harus menangkap ular dan mengambil empedunya dulu, nanti keburu mati orangnya," kata Dr Mun'im.
(up/ir)











































