Salah satu korban salah pelumas adalah Bob (28 tahun), seorang karyawan swasta di Jakarta yang sebenarnya tidak terlalu suka dipijat. Pengalamannya menggunakan jasa tukang pijat semasa kuliah di Yogyakarta cukup memberinya pelajaran berharga soal pemilihan pelumas.
Laki-laki berbadan kekar dengan sejumlah tato di kedua lengan ini membayangkan tubuhnya akan dilumuri minyak khusus hingga terasa panas. Namun hingga akhir pemijatan, hanya ada sensasi dingin yang ia rasakan. Rupanya si tukang pijat keliling yang dibayarnya Rp 15 ribu untuk 30 menit itu menggunakan hand and body lotion sebagai pelumas untuk pijat.
"Rasanya kok centil banget ya aku waktu itu. Pakai lotion, padahal mandi saja jarang-jarang," kenang Bob yang konon waktu itu merasa kehilangan 'kejantanan' dan buru-buru mandi seusai dipijat untuk menghilangkan wangi lotion saking malunya, seperti ditulis detikHealth, Rabu (14/11/2012).
Hand and body lotion memang banyak dipakai oleh tukang pijat keliling karena ada beberapa merek yang harganya lebih murah dari minyak pijat. Alasan lainnya, tidak semua pelanggan suka pakai minyak pijat yang rasanya hangat atau panas dan lebih menyukai lotion karena dingin dan tidak lengket.
Bagi pelanggan yang merasa ototnya pegal-pegal, pelumas untuk pijat yang biasanya banyak digemari adalah balsam. Sensasi hangat hingga panas cenderung terasa lebih nyaman di otot, namun ada juga yang tidak suka karena terlalu lengket di kulit sehingga terasa tidak nyaman.
Alternatif pelumas yang rasanya hangat atau panas namun tidak lengket adalah minyak gondopuro yang merupakan hasil penyulingan minyak atsiri dari tanaman gondopuro. Sayangnya banyak juga yang tidak suka, karena baunya sangat menyengat dan terlanjur identik sebagai minyaknya kaum lanjut usia.
Minyak kayu putih sebenarnya cukup nyaman dan lebih banyak disukai karena baunya tidak terlalu tajam. Namun tetap saja ada yang mengeluhkan baunya yang masih seperti bau orang sakit, selain juga panasnya yang kurang menyengat bila dibandingkan dengan gondopuro.
Bagi yang menyukai bau yang lembut seperti wangi bayi, maka pijat dengan minyak telon cukup memuaskan. Baunya lebih lembut dan tidak menyengat, namun sayangnya tidak terlalu panas sehingga kurang cocok untuk pijat yang ditujukan untuk nyeri otot.
Khusus untuk pijat payudara untuk memperlancar Air Susu Ibu (ASI), maka pelumas yang digunakan hendaknya menggunakan bahan-bahan alami. Tujuannya agar tidak membahayakan bayi jika sisa minyak pijat yang menempel di payudara sewaktu-waktu tertelan saat menyusu.
Pada akhirnya, pemilihan pelumas yang tepat untuk pijat sangat tergantung pada selera dan kebutuhan. Apapun pilihannya, pastikan terasa nyaman di badan dan tidak memicu reaksi alergi, iritasi atau semacamnya.
(up/vit)