Salah satu pembuat es krim jamu ini adalah Retno Widati, wanita yang tinggal di Jalan Kayu Manis Timur 8, Matraman, Jakarta, ini memiliki keinginan yang kuat untuk dapat membuat jamu lebih digemari oleh masyarakat, terutama anak-anak. Menurutnya, saat ini jumlah penjual jamu masih banyak, sementara penikmatnya semakin berkurang. Oleh karena itu ia berupaya melestarikan jamu dengan berinovasi membuat es krim jamu.
"Es krim jamu ini merupakan ide saya untuk bisa lebih mengenalkan jamu ke berbagai kalangan. Saya saat ini melihat jamu sudah mulai terlupakan, padahal jamu sudah memiliki khasiat yang dipercaya turun-temurun. Saya sangat menyayangkan hal ini. Maka dari itu saya mencetuskan ide untuk mempopulerkan jamu dalam bentuk eskrim, karena yang saya lihat banyak orang menyukai eskrim," ujar Retno saat ditemui detikHealth, Rabu (17/4/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak hanya jamu favorit seperti beras kencur dan kunyit asam saja yang dapat dibuat jamu, semua jamu dapat dibuat eskrim. Hal ini karena memang teknik yang digunakan tidak membatasi hanya jamu tertentu saja yang dapat dibuat es krim," lanjut Retno.
Retno menjamin khasiat es krim jamunya ini sama dengan meminum jamu tradisional yang biasa dijual. Es krim jamunya memang disukai banyak orang, namun ia memiliki prinsip hanya ingin melestarikan jamu pada masyarakat, tanpa unsur bisnis. Saat ini usianya pun sudah cukup tua untuk berbisnis, sehingga ia tidak menjual es krim jamu inovasinya ini. Retno sangat terbuka jika ada yang ingin melakukan pelatihan membuat es krim jamu.
"Pelatihan ini tidak dipungut biaya. Datang saja ke tempat terapi saya, akan saya ajari bagaimana cara membuat es krim jamu. Saya justru senang kalau ada orang yang mau belajar cara melestarikan jamu," tutup Retno.
Selain Retno Widati, di Yogyakarta juga ada 5 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang membuat bisnis es krim jamu. 5 Mahasiswa itu antara lain Elok Pawening Maharani, Sari Yuslia, Arif Sugianto, Anisa Dian Safitri, dan Aryo Dwi Nugroho. Produk yang mereka hasilkan diberi label 'Herbatic' yang merupakan kepanjangan dari Herbal Nabati Ice Cream.
Dalam satu pekan mereka mampu menjual hingga 90 cup es krim Herbatic yang dijual seharga Rp 3.500 per cup. Herbatic baru dipasarkan secara terbatas di kantin FTP, Resto Vegan Somayoga, Vihara Bodhicitta Maitreya, Minimarket Plaza Agro. Rasa yang ditawarkan pun bervariasi, jahe, kunyit asam, kencur, temulawak, dan jahe merah.
Berbagai variasi olahan jamu ini dilakukan sebagai bentuk pelestarian jamu. Dengan dilakukannya berbagai inovasi baru kepada jamu, diharapkan jamu akan terus menjadi warisan di Indonesia dan tidak akan punah walaupun kini sudah banyak minuman lain yang memiliki fungsi seperti jamu.
(vit/vit)











































