Waspada! Jamu-jamu Ini Sering Dicampuri Obat Kimia

Ulasan Khas Jamu

Waspada! Jamu-jamu Ini Sering Dicampuri Obat Kimia

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Rabu, 17 Apr 2013 13:31 WIB
Waspada! Jamu-jamu Ini Sering Dicampuri Obat Kimia
Ilustrasi (dok: Nurvita/detikHealth)
Jakarta -

Salah satu kelebihan jamu adalah minim efek samping karena seluruhnya berasal dari bahan alami. Namun menjadi lain ceritanya jika jamu-jamuan sudah dioplos dengan Bahan Kimia Obat (BKO). Efek jadi lebih cepat, tapi juga lebih bahaya.

"Prinsipnya BKO itu kan obat. Hanya diberikan kalau penyakitnya jelas, dosisnya juga tertentu," kata Drs Bahdar Johan, MPharm, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), seperti ditulis pada Rabu (17/4/2013).

Peraturan dengan tegas melarang pengoplosan jamu dengan BKO. Namun dalam praktiknya, campuran BKO seringkali ditemukan dalam jamu terutama jamu-jamu berikut ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pegal linu

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
"Paling banyak (dicampur BKO) itu jamu pegal linu, biasanya dicampur phenilbutazone atau diclofenac," kata Bahdar. Kedua senyawa obat yang sering dioplos jamu pegal linu itu sebenarnya obat antiradang yang memiliki efek antinyeri jangka pendek.

Obat antiradang yang juga sering dioplos dengan jamu pegal linu adalah dexamethasone. Efek samping pada pemakaian jangka panjang adalah moon-face atau wajah yang membulat seperti bulan.

2. Jamu kuat pria dewasa

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
"Jamu kuat itu juga sering dicampur BKO. Campurannya sildenafil," kata Bahdar. Sildenafil merupakan obat anti-disfungsi ereksi yang juga sangat populer dengan nama dagang Viagra. Karena sifatnya memacu kerja jantung, penggunaan tanpa pengawasan dokter bisa sangat berbahaya.

3. Jamu pelangsing

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
"Jamu pelangsing, kalau yang mengandung sibutramine itu memang dilarang," kata Bahdar. Sibutramine merupakan obat pelangsing yang diketahui punya efek merusak ginjal, sehingga sangat dibatasi penggunaannya. Dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan gagal ginjal.

Bahdar mengatakan, lebih aman menggunakan ramuan yang benar-benar alami seperti Ramuan Jati Belanda. Cara kerjanya hanya membatasi penyerapan nutrisi, sehingga lebih aman dibanding obat-obat kimia yang sering berdampak pada jantung maupun ginjal.

4. Jamu masuk angin

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Temuan BPOM juga menunjukkan bahwa parasetamol sering ditemukan dalam jamu masuk angin. Efek parasetamol memang bisa meredakan gejala masuk angin seperti pegal-pegal dan tidak enak badan. Namun pada pemakaian jangka panjang, parasetamol bisa memicu kerusakan hati dan ginjal.

5. Jamu batuk pilek

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
"Ada dugaan, jamu gendong juga mencampurkan CTM (antialergi) dan dexamethasone (antiradang) saat meracik jamu," kata Bahdar. Namun menurutnya, hal ini biasanya dipicu oleh ketidaktahuan. Tidak ada niat untuk menyalahgunakan karena memang tidak tahu kalau bahan tersebut berbahaya.

Dilihat dari fungsinya, CTM adalah antialergi yang sering dipakai dalam campuran obat batuk pilek.
Halaman 2 dari 6
"Paling banyak (dicampur BKO) itu jamu pegal linu, biasanya dicampur phenilbutazone atau diclofenac," kata Bahdar. Kedua senyawa obat yang sering dioplos jamu pegal linu itu sebenarnya obat antiradang yang memiliki efek antinyeri jangka pendek.

Obat antiradang yang juga sering dioplos dengan jamu pegal linu adalah dexamethasone. Efek samping pada pemakaian jangka panjang adalah moon-face atau wajah yang membulat seperti bulan.

"Jamu kuat itu juga sering dicampur BKO. Campurannya sildenafil," kata Bahdar. Sildenafil merupakan obat anti-disfungsi ereksi yang juga sangat populer dengan nama dagang Viagra. Karena sifatnya memacu kerja jantung, penggunaan tanpa pengawasan dokter bisa sangat berbahaya.

"Jamu pelangsing, kalau yang mengandung sibutramine itu memang dilarang," kata Bahdar. Sibutramine merupakan obat pelangsing yang diketahui punya efek merusak ginjal, sehingga sangat dibatasi penggunaannya. Dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan gagal ginjal.

Bahdar mengatakan, lebih aman menggunakan ramuan yang benar-benar alami seperti Ramuan Jati Belanda. Cara kerjanya hanya membatasi penyerapan nutrisi, sehingga lebih aman dibanding obat-obat kimia yang sering berdampak pada jantung maupun ginjal.

Temuan BPOM juga menunjukkan bahwa parasetamol sering ditemukan dalam jamu masuk angin. Efek parasetamol memang bisa meredakan gejala masuk angin seperti pegal-pegal dan tidak enak badan. Namun pada pemakaian jangka panjang, parasetamol bisa memicu kerusakan hati dan ginjal.

"Ada dugaan, jamu gendong juga mencampurkan CTM (antialergi) dan dexamethasone (antiradang) saat meracik jamu," kata Bahdar. Namun menurutnya, hal ini biasanya dipicu oleh ketidaktahuan. Tidak ada niat untuk menyalahgunakan karena memang tidak tahu kalau bahan tersebut berbahaya.

Dilihat dari fungsinya, CTM adalah antialergi yang sering dipakai dalam campuran obat batuk pilek.

(up/vit)

Ulasan Khas Jamu
18 Konten
Jamu merupakan salah satu minuman trandisional yang banyak manfaatnya untuk tubuh. Tidak hanya itu, jamu juga dipercaya untuk mengobati penyakit ringan seperti batuk atau masuk angin.
Berita Terkait