Sering dianggap sepele, tapi terkadang ngorok bisa menjadi pemicu keretakan bahtera rumah tangga. Bagi yang masih lajang dan tidak ingin mendapat pasangan yang kalau tidur ngorok, jangan khawatir. Kadang, ada ciri yang bisa dikenali.
Ngorok terjadi karena penyempitan saluran napas saat tidur, sehingga bergetar saat dilalui udara. Secara teori, penyempitan atau bahkan penyumbatan saluran napas akan mengurangi suplai oksigen ke otak sehingga tidur malam menjadi tidak berkualitas.
"Bisa dilihat dari keluhan di pagi hari. Jadi meskipun tidur lama, tapi ngantuk terus, kemungkinan ada sumbatan," kata dr Rimawati Tedjasukmana, SpS, RPSGT, pakar kesehatan tidur dari RS Medistra kepada detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (19/6/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan mengenali ciri-ciri orang yang kalau tidur ngorok tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang sedang pilih-pilih pasangan. Bahkan sebenarnya tidak terlalu penting untuk memilih pasangan, sebab kalau memang cinta seharusnya bisa sama-sama mencari solusinya.
Ciri-ciri orang ngorok justru lebih penting diketahui oleh seseorang untuk mengidentifikasi masalah tidur yang dialaminya sendiri. Seseorang tentu tidak mungkin mendengar dengkurannya sendiri sehingga tidak akan pernah tahu dirinya ngorok atau tidak kalau tidak punya pasangan tidur.
Seseorang yang mendapati dirinya cepat letih, gampang mengantuk di siang hari padahal merasa tidak pernah begadang di malam hari patut curiga ada masalah dengan tidurnya. Salah satunya adalah kemungkinan ngorok, meski belum pernah mendengar dengkurannya sendiri.
Selain dengan mengenali ciri-ciri tersebut, kemungkinan ngorok juga bisa diidentifikasi dengan sleep test. Tes yang dilakukan dalam laboratorium tidur ini dilakukan selama kurang lebih 5 jam dan dipantau terus menerus oleh dokter maupun petugas.
"Di RS Medistra biayanya sekitar Rp 3,7 juta. Waktu tesnya sekitar 5 jam," kata dr Rima.
Jika masih meragukan, tes serupa juga bisa dilakukan di rumah karena kadang-kadang perbedaan suasana antara di kamar sendiri dengan di laboratorium bisa mempengaruhi hasil tes. Untuk tes di rumah, tekniknya adalah skrining kadar oksigen dalam darah dengan alat seharga sekitar Rp 100-159 ribu.
(up/vit)











































